Inovasi FT UNM Hadirkan Alat Sistem Informasi Bencana Alam
Makassar, Rakyat News – Kaloborasi Mahasiswa Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM) hadirkan penelitian terbarunya.
“Analisis Efektifitas Penggunaan Telemetry dengan Prequensi 433 Mhz untuk Pengiriman Data Sensor pada Early Warning System DAS Jeneberang” dalam Program Kreatifitas Mahasiswa dibidang Penelitian (PKM-P) yang diselenggrakan oleh Kemenristek Dikti Tahun 2017.
Adapun tujuan penelitian ini adalah efektifitas penggunaan penggunaan telemetry frequensi 433 MHz dengan pengujian Receiver Signal Strenght Indicator (RSSI) dan pengujian jarak sebagai pengiriman data sensor sensor Early Warning System DAS Jeneberang.
Penelitian ini di ketua oleh Andry Anzhari pendidikan teknik informatika dan komputer. Beranggotakan Iris Sumariyanto Pendidikan Teknik Elektro, Wahyullah Pendidikan Teknik Informatika Komputer dan Hernawati Pendidikan Teknik Elektronika.
Dengan adanya kaloborasi antar jurusan ini mampu memciptakan dan mengembangkan inovasi-inovasi teknologi terbaru yang akan di realisasikan di masyarakat khususnya alat sistem informasi bencana alam.
Sungai Jeneberang merupakan salah satu sungai terbesar di Kabupaten Gowa. Hulunya berasal dari Gunung Bawakaraeng, mengalir membelah wilayah Kab. Gowa dan bermuara antara Barombong dan Tanjung Bayang, panjang dari hulu ke hilir 75 km.
Jeneberang melewati delapan kecamatan di Gowa (Tinggimoncong, Parigi, Parangloe, Manuju, Bontomarannu, Pallangga, Sombaopu, Barombong) dan tiga kecamatan di Makassar (Tamalate, Barombong, dan Mariso).
Aliran Sungai Jeneberang dibendung di Bendungan Raksasa Bili-Bili, terletak 40 km dari hulu. Hasil bendungan ini menjadi bahan baku air minum, irigasi, dan pembangkit listrik. Bendungan dibangun dengan tipe urugan batu, tinggi bendungan utama 73 m dan panjang 750 m.
Luas daerah tangkapan waduk sebesar 384,40 km2 dengan kapasitas tampungan 375 juta m3 dan kapasitas tampungan efektif 346 juta m3 (Denasa, 2013).
Dengan daya tampung sebesar itu, apabila bendungan bili-bili jebol dapat mengakibatkan banjir bandang dengan daya rusak tinggi terhadap daerah yang dilalui sungai Jeneberang.
Sehingga bendungan Bili-bili dan DAS sungai Jeneberang perlu dilengkapi dengan system peringatan dini terhadap kemungkinan bencana yang dapat terjadi.
Sistem Peringatan Dini atau Early Warning System (EWS) merupakan serangkaian sistem untuk memberitahukan akan timbulnya kejadian alam, dapat berupa bencana maupun tanda-tanda alam lainnya. Peringatan dini pada masyarakat atas bencana merupakan tindakan memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat.
Dalam keadaan kritis, secara umum peringatan dini yang merupakan penyampaian informasi tersebut diwujudkan dalam bentuk sirine, kentongan dan lain sebagainya. Namun demikian membunyikan sirine hanyalah bagian dari bentuk penyampaian informasi yang perlu dilakukan karena tidak ada cara lain yang lebih cepat untuk mengantarkan informasi ke masyarakat.
Harapannya adalah agar masyarakat dapat merespon informasi tersebut dengan cepat dan tepat.
Berdasarkan pada permasalahan tersebut, empat sekawan ini akan menerapkan alat sistem informasi pada DAM Jeneberang sebagai penyampaian informasi kepada masyarakat terkait bencana yang bisa saja terjadi di bendungan Bili-Bili.
Tetapi sebelum menerapkan sistem informasi ini terlebih dahulu melakukan penelitian pengujian efektifitas telemetry frequensi 433 MHz.
Untuk menguji bagaimana efektifitas pengiriman data sensor. Untuk kemudian di pelajari dan dikembangkan dari hasil penelitian ini sehigga bisa di realisasikan pada DAM Jeneberang (Bendungan Bili-Bili).(**)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan