JAKARTA – Ekonomi Indonesia diproyeksikan akan mentok di level 4,6 persen pada 2022, yang menurut Kepala Ekonom Bank Dunia dan Timor Leste, Habib Rab menilai bahwa angka tersebut terbilang rendah dibanding sebelumnya mencapai 5,1 persen.

Baca Juga : Resmikan Outlet Donna Prive Terbaru, Indira: Semogah Membantu Jalannya Perekonomian di Makassar

Ia mengatakan, penurunan pertumbuhan global dengan skala yang luas dapat menjadi penyebab turunnya minat ekspor komoditas, turunnya angka prodkusi, dan harga yang lebih tinggi.

“Penurunan pertumbuhan global secara luas dapat menyebabkan penurunan permintaan ekspor komoditas, memicu pengurangan produksi, dan harga yang lebih tinggi,” ungkap Rab dikutip dari CNNIndonesia.com.

Lanjutnya, Situasi ini akan memaksa pemerintah untuk menambah subsidi demi menjaga daya beli masyarakat. Dengan demikian, utang negara otomatis meningkat.

“Dalam skenario seperti itu, pertumbuhan Indonesia bisa lebih dari yang diantisipasi (5,1 persen) menjadi 4,6 persen pada 2022,” tutur Rab.

Kemudian, ekonomi RI berpotensi tumbuh 4,7 persen tahun depan. Hal itu berarti ekonomi domestik tak bergerak signifikan hingga 2023 mendatang.

Lanjut Rab, sementara, Bank Dunia memproyeksi inflasi RI mendekati level 4,2 persen secara tahunan (year on year/yoy) tahun ini. Hal ini terjadi lantaran harga minyak dunia meningkat drastis tembus lebih dari US$100 per barel.

“Sekarang indikator menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi meningkat,” jelas Rab.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi RI tumbuh 3,69 persen pada 2021. Realisasi itu berbanding terbalik dari posisi tahun sebelumnya yang minus 2 persen.

Sementara, pertumbuhan ekonomi domestik tembus 5,01 persen pada kuartal I 2022. Angka ini lebih tinggi dari minus 0,74 persen pada kuartal I 2021, namun lebih rendah dari 5,02 persen pada kuartal IV 2021.