Namun demikian, lanjut Arifuddin dalam wawancara ada tiga tahap yang harus kita lakukan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan wawancara.

Dalam tahap Persiapan wawancara, seorang jurnalis harus menentukan topik atau masalah, memahami masalah yang ditanyakan (wawancara yang baik tidak berangkat dengan kepala kosong), menyiapkan pertanyaan pertanyaan, menentukan narasumber dan membuat janji dan menghubungi narasumber atau “mengintai” narasumber agar bisa ditemui.

Kemudian kata Arifuddin, dalam pelaksanaan wawancara kita harus datang tepat waktu, jika ada kesepakatan dengan narasumber, perhatikan penampilan sopan, rapi, atau sesuaikan dengan suasana, kenalkan diri, jika perlu menunjukkan KTP / Kartu Pers.

Penyerahan cinderamata dari pantia kepada Pimpinan Redaksi Rakyat News Arifuddin Lau usai membawakan materi yaitu teknik wawancara

Kemukakan maksud kedatangan sekadar “basa-basi” dan menciptakan keakraban. Awali dengan menanyakan biodata narasumber, terutama nama (nama lengkap dan nama panggilan jika ada). Bila perlu, minta narasumber meminta namanya sendiri agar tidak terjadi kesalahan.

“Catat, jangan terlalu mengandalkan perekam, ajukan pertanyaan secara ringkas, jadilah pendengar yang baik,” tuturnya.

“Ingat, tugas wartawan hanya untuk menggali informasi, bukan “menggurui” narasumber, apalagi ingin “melepaskan gigi” ingin lebih pintar atau lebih paham dari narasumber,” tambah Arifuddin.

Di akhir pemaparannya, Arifuddin menekankan bahwa tantangan dalam wawancara yaitu bahwa pertanyaan tidak bersifat “interogatif“ atau memojokkan. “Jangan memberikan pertanyaan pertanyaan “yes-no question” pertanyaan yang hanya butuh jawaban “ya” dan “tidak”.

“Gunakan “ mengapa ” ( why ), bukan “apakah” ( do you / are you ). Jawaban atas pertanyaan “ Mengapa Anda mundur?” tentu akan lebih panjang pertanyaan pertanyaan “ Apakah Anda mundur?”, pungkasnya. (*)