JAKARTA – Beberapa waktu lalu, kabar Elon Musk yang berniat ingin membeli Twitter begitu ramai diperbincangkan. Pria berusia 51 tahun ini sebelumnya memang ingin menjadi pemegang saham terbesar di Twitter, tapi dengan cepat ia merubah dan justru ingin mengakuisisinya.
Elon Musk menyampaikan, ia ingin ‘memiliki’ karena menurutnya Twitter ini menjadi platform yang menjunjung tinggi kebebasan untuk berpendapat. Ia melihat dan ingin menggali potensi luar biasa yang ada di Twitter ini.
Namun, kini ia membatalkan rencananya untuk membeli Twitter tersebut. Elon Musk batal membeli Twitter seharga 44 miliar USD atau sekitar Rp658,99 triliun, karena media ternama ini disebut melakukan pelanggaran perjanjian soal akun bot.
Sebagai informasi, akun bot, bot spam, atau akun palsu ini biasanya digunakan untuk membuat viral sebuah promosi penjualan atau kampanye untuk meningkatkan pengaruh seseorang atas isu tertentu. Akun bot ini akan mengunggah tweet secara otomatis. Di Indonesia pun, ini banyak digunakan oleh kelompok buzzer untuk memviralkan agar lebih banyak dibaca pengguna Twitter.
Berikut ini beberapa alasan yang membuat Elon Musk batal beli Twitter. Simak yuk!
1. Adanya Informasi Palsu Soal Akun Bot
Seperti yang dilansir dari CNN Indonesia, pengacara Elon Musk menyampaikan jika kliennya tersebut mengakhiri perjanjian karena Twitter telah melakukan pelanggaran material terhadap beberapa ketentuan perjanjian.
“Tn. Musk mengakhiri Perjanjian Penggabungan karena Twitter melakukan pelanggaran material terhadap beberapa ketentuan Perjanjian itu, dan tampaknya membuat pernyataan palsu dan menyesatkan yang diandalkan oleh Musk saat memasuki Perjanjian Penggabungan, dan kemungkinan akan mengalami Efek Merugikan Material Perusahaan,” tulis pengacara Musk dalam sebuah surat kepada Chief Legal Officer Twitter, Vijaya Gadde.
Elon Musk menuding Twitter telah menyesatkan investor dan pengguna tentang jumlah palsu di platformnya.
2. Tidak Bisa Akses ke Pusat Data
Pihak Elon Musk pun mengklaim jika Twitter tidak memberinya akses yang lebih untuk ke pusat data dan melakukan analisisnya sendiri. Yang diberikan hanya akses ke ‘firehose’, gudang data mentahnya.
3. Data Pengguna yang Tidak Murni
Alasan terakhir yang membuat Elon Musk gagal membeli Twitter adalah karena data pengguna yang tak murni.
Dalam surat tersebut pun menyatakan, jika Twitter memasukkan akun yang ditangguhkan dalam nomor pengguna aktif hariannya yang dapat dimonetisasi (mDAU).
“Pengakuan Twitter bahwa mereka berhenti menghitung pengguna palsu atau spam di mDAU-nya ketika menentukan bahwa pengguna tersebut palsu, tampaknya hal yang salah,” tulis dalam pernyataan tersebut.