AMBON – Lebih dari seribu warga korban konflik antar desa di Desa Pelauw, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah, Maluku menggelar upacara bendera setengah tiang, di puncak peringatan HUT RI ke-77, yang berlangsung di kamp pengungsian, di puncak Gunung Air Besar, Sirimau Ambon, Maluku, Rabu (17/8/2022) pagi.

Baca Juga : Polda Sumbar Nyatakan Perang dengan Segala Bentuk Perjudian, Ini Alasannya

Para korban konflik yang tinggal di pengungsian memadati lapangan futsal yang menjadi lokasi acara. Wanita mengenakan kebaya putih dan sarung, sedangkan pria mengenakan kemeja puith dan peci.

Sementara itu, banyak anak-anak yang menjadi korban oleh kerusuhan antarwarga dalam perayaan hari kemerdekaan. Mereka mengenakan ikat kepala merah putih dan memegang bendera merah putih kecil.

Mereka memutuskan untuk memakai pakaian tradisional untuk melestarikan tradisi nenek moyang mereka.

Inspektur Upacara, Erdi Rial Taulepe mengatakan, pengibaran bendera setengah tiang merupakan bentuk protes terhadap negara atas pengabaian warga yang telah menderita di kamp-kamp pengungsi selama sepuluh tahun terakhir.

“Selama sepuluh tahun negara melupakan, negara mengabaikan hak-hak mereka dan korban pengungsi warga Pelauw,” katanya.

Ia mengatakan, korban konflik antarwarga Pelauw merupakan produk gagal karena sudah sepuluh tahun terabaikan dan tidak ada kejelasan hukum.

“Hari ini upacara pengibaran bendera setengah tiang di puncak HUT RI ke-77 tahun menggambarkan bahwa kita bergabung selama sepuluh tahun terlupa atas matinya nurani di negeri ini,” katanya.

“Anak-anak terlantar, ibu-ibu dibiarkan terlantar, orang tua dan lansia terlantar, tanpa satupun perhatian pemerintah,” ujarnya.

Ia menjelaskan, pasca konflik antar warga Desa Pelauw, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah, pemerintah tidak mengirimkan tim trauma healing di tengah ketakutan anak-anak akan konflik.

Ia mengatakan, ini merupakan tindakan pemerintah yang mengabaikan warga, khususnya anak-anak korban bentrok untuk memulihkan mentalnya.

“Ini pembiaran negara terhadap warga korban bentrok, negera membiarkan generasi kita tumbuh dalam kekerasan,” katanya, dilansir cnnindonesia.com.

Usai menggelar upacara HUT RI ke-77, mereka juga memeriahkan HUT RI dengan menyanyikan lagu-lagu kemerdekaan, seperti Hari Kemerdekaan, Berkibarlah Benderaku hingga Indonesia Pusaka.

Sebagai informasi, konflik antar warga Desa Pelauw, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah pecah pada 10 Februari 2012. Akibat konflik tersebut, lebih dari 3.000 warga memilih mengungsi ke desa tetangga di Pulau Haruku.