Menurut pria yang akrab disapa Gus Halim ini, dari gagasan-gagasan yang disampaikan oleh Duta Besar Arab Saudi Faisal Abdullah tersebut, setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan.

Pertama, dalam jangka yang sangat pendek, pihaknya akan menindaklanjuti untuk membahas dan merealisasikan apa yang bisa dilakukan dalam kurun waktu 1 hingga 1,5 tahun ke depan.

“Misalnya terkait dengan ketenagakerjaan, kemudahan mobilitas orang, kemudian mencari formula out of the box yang tentu akan memberikan suasana yang berbeda antara pemerintah Arab Saudi dan pemerintah Indonesia,” ujar Gus Halim.

Kedua, sebagaimana yang sudah diketahui, pada 2024 Indonesia akan ada suksesi kepemimpinan.

Dengan demikian, akan ada masa transisi mulai dari strategi pembangunan sampai pada membangun pola hubungan antarnegara yang disusun pada hari ini untuk menyongsong transformasi kepemimpinan di 2024.

“Nah di situ, kita sebut dengan rencana pembangunan jangka panjang tahun 2024-2045. Akan dimulai pada pergantian Presiden sampai pada 2045. Ini akan ada sesuatu yang memang harus dilakukan secara berbeda dari sebelumnya,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Gus Halim, gagasan dan masukan yang sudah disampaikan, pasti akan diupayakan menjadi bagian penting dalam penyusunan strategi pembangunan jangka panjang 2024-2045.

“Termasuk yang memang selalu menjadi pikiran kita, Indonesia punya investasi di beberapa negara, tapi memang di Arab Saudi masih kurang. Sering kali kita melihat investasi kita itu pada pengiriman tenaga kerja, baik yang skill maupun unskill,” ungkapnya.

Untuk itu, harus ada perombakan yang mendasar, sehingga pola kerja sama, investasi, kerja sama ekonomi termasuk kerja sama lingkungan, menjadi sesuatu yang tidak bisa tidak harus dilakukan pemerintah Arab Saudi dengan pemerintah Indonesia