Makassar, Rakyat News – Kepala BNN RI Komjen Pol Drs Budi Waseso, didampingi Kapolda Sulsel Irjen Pol Drs Muktiono menggelar tatap muka dengan personel TNI-Polri di akhir kunjungannya di Makassar.

Tatap muka yang digelar di Anging Mammiri Balrooom, Hotel Dalton Makassar, dalam rangka peningkatan sinergitas pencegahan, pemberantasan dan penyalahgunaan peredaran gelap narkoba, Selasa (03-10-2017).

Acara yang dimulai pukul 13.00 Wita, selain dihadiri Komjen Budi Waseso dan Irjen Pol Drs Muktiono, turit hadir juga Pangkoops AU, Wakapolda Sulsel Brigjen Pol Drs. Mas Guntur Laupe, Kasdam XIV Hasanuddin, para Pejabat Utama Polda Sulsel dan 1.000 personel TNI-Polri dan BNN di Sulsel.

Dalam sambutan ucapan selamat datang, Kapolda Sulsel Irjen Pol Drs Muktiono, menyampaikan 1.000 personel dari 3 angkatan TNI dan Polri hadir di hotel Dalton untuk mendengar arahan Kepala BNN RI.

“Anggota TNI-Polri senantiasa bersinergi, makanya wilayah Sulsel kondusif. Kami senantiasa jaga sinergitas, kami berbahagia, bertatap muka langsung dengan Kepala BNN RI,” kata Kapolda.

Sementara itu, Kepala BNN memaparkan tentang sinergitas dalam pemberantasan narkoba. “Narkoba adalah ancaman nyata bagi bangsa, kekuatan negara ada pada TNI-Polri. TNI-Polri yang terlibat narkoba, dipecat, kalau ada anggota menjadi bandar, terlibat narkoba mereka itu pengkhianat negara,” kata Komjen Pol Budi Waseso.

Budi Waseso juga menjelaskan saat ini terjadi perang Narkoba Proxy war sebagai instrumen penyebaran narkoba di Indonesia dengan 72 jaringan dari 11 negara mensuplai narkoba ke Indonesia, dalam satu jaringan menghasilkan 1 trilun jadi totalnya 72 trililun.

“Proxy War terjadi untuk penghancuran negara. Dari data yang ada, para negara penyuplai terbesar seluruhnya melewati Singapura dan Malaysia dan diteruskan ke negara tujuan pengiriman sabu sabu di Indonesia. Jangan sampai terjadi perang candu, seperti Tiongkok dan Inggris. Tiongkok menjadi lemah karena suplai candu dari Inggris,” kata Buwas, sapaan Budi Waseso.

Lebih lanjut mantan Kabareskrim itu mengatakan bahwa seluruh lapisan masyarakat telah terkontaminasi narkoba tak pandang status sosial hal itu karena ada demand dan Suplai.

“Peredaran gelap narkoba telah menyasar di kalangan anak-anak. Darurat narkoba, saat ini 50 orang perminggu mati karena narkoba. Tahun 2016, 250 ton sabu masuk di Indonesia dengan 6 juta pengguna, sekarang ini 68 jenis narkoba beredar di Indonesia dari 800 jenis baru di dunia, harga sabu 2 juta/gram, bahkan lebih dari itu, 12 ton PCC juga berhasil masuk dari Riau,” kata Komjen Buwas.

Selain itu, Buwas juga menyampaikan perlunya komitmen bersama dalam kebijakan berimbang dalam permasalahan Narkoba seperti pada aspek pengurangan permintaan mengembangkan sistem pertahanan diri masyarakat, mengembangkan sistem deteksi dini penyalahgunaan narkoba, mengoptimalkan peran serta instansi pemerintah, swasta, dan organisasi kemasyarakatan, mengembangkan layanan rehabilitasi pecandu narkoba secara terpadu dan berkelanjutan.

Kemudian dalam aspek pengurangan pasokan terdiri dari memperkuat sistem interdiksi di wilayah jalur-jalur masuk, mengungkap jaringan tindak kejahatan narkoba, meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas instansi dan lintas negara dan mendorong eksekusi.

Budi Waseso menegaskan untuk para penegak hukum semua berperan dalam menangkal keselamatan negara harus bersinergi memerangi narkoba dengan mengimplementasikan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan Peredaran Narkoba (P4GN).

“Peran seluruh elemen bangsa dalam penanganan Narkoba yaitu komitmen diri, regulasi anti Narkoba, konsolidasi kekuatan, bersih Narkoba dan deteksi dini,” ungkapnya. (*/one)