“Kalau di Jakarta mampu menghadirkan 25 ribu orang maka di Makassar juga demikian bahkan lebih dari itu. Jika di Jakarta menduduki gedung kura-kura DPR RI, maka di Makassar akan menjadikan daratan pantai losari menjadi lautan manusia,” tegasnya.

Lanjut alumni Perikanan Unhas itu menegaskan sebagai yang pernah melalui pristiwa reformasi tidak ingin pada tanggal 21 mei dikelender tanpa perayaan. Tidak ingun hari itu hanya sebatas sejarah yang lewat begitu saja. Menurut dia 21 mei tidak lebih besar dari hari kesaktian pancasila, hari kemerdekaan Republik Indonesia dan lainnya. 

“Aktivis 98 akan memperjuangkan 21 mei itu menjadi hari libur nasional,” tegasnya. 

Dia juga menambahkan jika aktivis 98 akan terus konsisten memperjuangkan agar konstitusi harga mati, tak ada lagi amandeman. Semangat reformasi yang memberantas korupsi harus terus dikobarkan. 

“Salah satu alasan reformasi karena korupsi saat itu mengakar. Kami dari aktivis 98 konsisten memperjuangkan itu,” ujarnya.

Sawal juga menyampaikan jika para kepala daerah, legislator hari ini harus berterima kasih atas adanya reformasi. Karena reformasi mereka menikmati kebebasan, termasuk bebas dipilih dan memilih. 

“Jika tidak ada reformasi, mereka yang hari ini menjabat sebagai kepala daerah belum tentu jadi bupati, kepala daerah. Mungkin mereka harus menunggu beberapa tahun kedepan lagi,” sebutnya.

Aktivis 98 lainnya, Susuman Halim menambahkan jika kegiatan ini prakarsai oleh Ketua DPRD Makassar, Rudianto Lallo. Dia bekerja keras membagi waktunya dalam mempersiapkan kegiatan ini untuk berjalan sukses. 

“Kami salut dan bangga kepada bapak Ketua DPRD Makassar yang menyenggarkan kegiatan ini. Walaupun tidak terlibat dalam peristiwa 98 namun mereka memiliki perhatian besar kepada yang tokoh yang berjuang di 98 itu,” tutupnya.

Baca Juga : Insan PT Pegadaian Kanwil Makassar Gelar Donor Darah Membantu Stok PMI