Sementara, dr. Rianti menyampaikan, sosialisasi ini merupakan pertemuan persiapan guna melihat antusias dan minat masyarakat untuk belajar budidaya tanaman herbal.

“Ternyata banyak sekali yang antusias,” ucapnya.

Dia menjelaskan, setelah sosialisasi akan ada Pelatihan Herbal Dasar yang akan dilaksanakan di bulan Juli mendatang.

Pada pelatihan tersebut, peserta akan diajak untuk mengenali jenis, bentuk, khasiat tanaman obat, dan bagaimana cara mengolah tanaman obat menjadi produk yang dapat dipasarkan.

Setelah itu, pada tahun depan, para peserta akan diberikan pelatihan herbal lanjutan yang lebih intens, yang mana mereka tidak hanya mempelajari tanaman herbal untuk kesehatan tetapi juga untuk kecantikan.

“Di tahun depan juga akan ada sertifikasi. Tujuannya agar masyarakat yang sudah tersertifikasi itu layak untuk memberikan ramuan ataupun memproduksi olahan herbal. Kalau di pendidikan formal, sertifikat yang kita berikan itu setara dengan Diploma 2,” jelasnya.

Ia juga bercerita, Kabupaten Morowali memiliki potensi yang cukup baik untuk pembudidayaan tanaman herbal maupun sayur organik.

Tanah di kabupaten ini sangat subur, sehingga apa saja yang ditanam dapat tumbuh dengan baik termasuk tanaman obat herbal dan sayur organik.

Selain jenis tanah yang mendukung, potensi lahan untuk melakukan budidaya tanaman obat herbal dan sayur organik juga masih sangat luas.

Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkan seluruh potensi tersebut secara maksimal.

“Potensi di sini luar biasa. Lahannya luas, apapun yang kita tanam akan tumbuh karena tanah di sini sangat subur. Jadi sayang kalau potensi ini tidak dikembangkan,” katanya.

Sementara, Alik berbagi pengetahuan terkait bahaya yang dapat timbul apabila petani masih menggunakan bahan kimia, serta memaparkan peluang bagi para petani lokal yang mau berkomitmen untuk mengolah sayur organik.