MAKASSAR – Laju teknologi informasi dan komunikasi melesat demikian cepat, melampaui kesiapan para jokinya, teknologi telah memperanakpinakkan beragam media baru (new media) yang begitu piawai membawa informasi bagi  kehidupan kita bahkan mampu menghipnotis  dengan ketergantungan tinggi.

New media memproduksi dan mereproduksi menjadi melimpah ruah, membanjiri setiap gerak langkah  dari sejak kita bangun tidur hingga tidur kembali begitu banyaknya informasi.

Sehingga kadang kita begitu sulit membedakan mana informasi yang benar dan mana  informasi yang bohong karena itu sangat penting bagi kita untuk selalu memastikan informasi sebelum menyebarkannya.

Melihat fenomena ini Komisi Informasi Majelis Ulama Makassar menggelar workshop Literiasi  Digital dengan tema “Produktif Siar Islam di Media Digital Tanpa Hoax” yang gelar di Hotel Horison Ultima Makassar, Selasa (11/7/2023).

Ketua Panitia, Muh Takbir menyampaikan, kegiatan workshop ini dilaksanakan agar dapat meningkatkan pemahaman informasi dalam era digital ini.

“Di era digital ini begitu banyak informasi yang masuk didalam gadget kita. Bahkan Informasi itu kita telan secara mentah-mentah tanpa mengecek kebenaran informasi tersebut,” katanya.

Takbir pun berharap,  semoga kegiatan literasi digital ini mampu membedakan mana berita hoax dan mana berita fakta.

Takbir melanjutkan, berita bohong atau (hoax) itu di produksi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang efeknya bisa merusak.

“Hoax diciptakan oleh orang pintar tapi jahat, diterima oleh orang baik tapi bodoh,” sambungnya.

Sementara itu Ketua Mejelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar, Syekh AG. KH. Baharuddin mengatakan Hoax sudah ada pada masa Nabi Adam.

“Hoax sudah ada pada masa Nabi Adam, dimana Nabi ada terprovokasi oleh iblis untuk memakan buah huldi dan Siti Maryam juga sudah pernah jadi korban Hoax, Nabi Musa dan masih banyak lagi, maka dari itu Allah Swt berfirman dalam Al Quran surat Al-Hujarat ayat 6 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman jika seorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu, ” jelasnya.