Sementara itu, Director Environment & Permit Management PT Vale, Zainuddin menjelaskan, upaya PT Vale dalam tantangan perubahan iklim telah dicanangkan lewat peta jalan atau road map yang ditargetkan digapai tahun 2050.

“Target net zero emission kita itu lebih cepat dibandingkan pemerintah yang menargetkan hal itu tercapai di 2060,” ujarnya.

Zainuddin menambahkan, isu perubahan iklim telah menjadi konsentrasi utama bagi perusahaan secara global.

Terbaru, PT Vale tengah menggodok pemetaan dan strategi efisiensi penggunaan air.

Perusahaan berfokus menurunkan ambang tekanan air atau water stress ke level terendah atau no stress.

Upaya ini, dijelaskan Zainuddin masuk dalam langkah mitigasi water scarcity, water stress dan water risk.

Langkah yang dilakukan perusahaan di antaranya mengurangi penggunaan air di Furnace (tungku pembakaran) 4 dengan menggunakan udara.

“Langkah lain dengan mendaur ulang air yang digunakan dalam tambang. Jadi kita tidak langsung buang air limpasan tambang tetapi diolah atau dijernihkan kembali untuk dimanfaatkan misalnya untuk menyiram jalan tambang. Itu langkah terhadap water scarcity,” jelas Zainuddin.

Alumni Teknik Mesin Unhas itu menambahkan, untuk tata kelola water stress saat ini PT Vale masih dalam ambang low stress.

“Kan ada lima kategori atau level water stress; critical stress, high stress, medium stress, low stress, dan no stress. Kita ingin turunkan status ke no stress ini atau di bawah 25%,” papar Zainuddin.

Dia menambahkan, lawatan Bidang Perubahan Iklim dan Restorasi Gambut KAHMI disambut hangat oleh manajemen.

“Kami bisa mendapat masukan dari Majelis Nasional KAHMI yang memiliki anggota dengan beragam latar belakang profesi. Sehingga kita bisa meningkatkan lagi kinerja ataupun mendapatkan inovasi baru,” tutup Zainuddin.**