Konsultan WHO (Sukardi Pangade) menjelaskan bahwa, terjadinya KLB Dipteri ini dapat disebabkan oleh rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap  (IDL) pada anak bahkan Indonesia nomor 3 terendah dunia dalam cakupan Imunisasi dasar lengkap.

Sementara Prof. Nadjib  Bustan sebagai Ahli Epidemiologi menjelaskan bahwa; Mengapa  harus terjadi Outbreak Dipteri dan apakah; Outbreak Response Imunisation (ORI) dapat memberikan solusi terhadap peningkatan imunitas penduduk.  Beberapa parameter imunisasi  yang perlu menjadi perhatian diantaranya; Coverage imunisasi, cold chain, target, petugas, dan partisipasi masyarakat.

Ketua PAEI Sulsel sekaligus sebagai Presiden dari Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi), Prof. Ridwan Amiruddin, SKM., MKes, MSc.PH memberikan pandangan bahwa, terjadinya ledakan KLB Dipteri ini disebabkan oleh faktor

“Menguatnya gerakan kelompok anti imunisasi dengan dasar keyakinan tertentu, ketidaktahuan masyarakat, rantai vaksin yang under kualitas, akses masyarakat  tertentu yang sulit dijangkau dan tidak kalah urgensinya melemahnya prioritas pemerintah dalam sistem surveilans penyakit.  Untuk itu perlu secara seksama mereview kembali komitment pemerintah untuk pengendalian penyakit secara cepat  dan tepat sasaran,” ungkapnya.

Foto: Prof. Ridwan Amiruddin, SKM., MKes, MSc.PH,

Rencana Tindak Lanjut dari diskusi ini adalah mengembanakan program Sulsel bebas Dipteri dengan terobosan program yang inovatif, yang bisa di adopsi dari  wilayah lain misalnya My Village My Home dan bebas KLB Dipteri. Program lainnya; a. Penguatan layanan Dasar Imunisasi (DPT), b. Optimalisasi Surveilans dan Investigasi KLB  yang optimal.Secara spesifik beberapa rekomendasi dari diskusi series ini untuk masyarakat adalah; Pemberdayaan perempuan dengan integrasi ASI ekslusif dengan kelengkapan imunisasi. Menemu kenali kasus diphteri secara dini melalui kader posyandu  dan mengaktifkan kembali Comunity base surveilans. Untuk Akademisi dengan penguatan riset PD3I dan untuk dinas kesehatan agar; Melakukan   Evaluasi program dari eksternal review; mkisalnya dengan Data Quality external oleh PAEI. Meningkatan upaya promosi dan preventive PD3I. Penguatan manajemen Rantai Vaksin. Pengembangan School base surveilans. Dan pengembangan kapasitas dan dana PD3I.