Akbar Faizal : Pembuatan Perahu Pinisi Khas Bulukumba Harus Dikembangkan
Bulukumba, Rakyat News – Kapal Pinisi, kapal nusantara yang menjadi kebanggan bangsa Indonesia. Pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan. Kapal ini di buat di desa Bira, kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba.
Seni Pembuatan perahu kebanggan masyarakat Bulukumba itu harus dipertahankan. Hal tersebuut diungkapkan oleh Anggota Komisi III DPR-RI Akbar Faizal, saat live di Radio Cempaka Asri 102, FM Kabupaten Bulukumba, Senin (18/12/2017).
Politisi NasDem ini berkunjung ke Bulukumba dalam rangka reses mengatakan, bahwa Bulukumba dikenal memiliki nilai kebudayaan yang sangat luar biasa harus dipertahankan dan nilai perahu pinisi ini harus ditambah dengan mengunakan teknologi yang modern.
“Misalnya harga perahu pinisi saat ini sekitar 5M, bagaimana nilainya dinaikkan lagi? ya tentu harus ada inovasi baru, dibuat lebih canggih lagi dengan menggunakan alat alat yang lebih modern, dipoles dengan baik, harganya tentu akan naik diatas 5 Miliar,” kata AF saat menyapa pemirsa Radio Cempaka Asri.
Seperti diketahui melalui Sidang ke-12 Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Pulau Jeju, Korea Selatan, pada 7 Desember 2017 Lalu, Pinisi, Seni Pembuatan Perahu di Sulawesi Selatan (Art of boatbuilding in South Sulawesi) resmi ditetapkan ke dalam Warisan Budaya Takbenda UNESCO.
Kapal Pinisi menjadi lambang dari teknik perkapalan tradisional negara kepulauan sekaligus bagian dari adat istiadat masyarakat Sulawesi Selatan. Adapun pengetahuan tentang teknologi pembuatan perahu dengan rumus dan pola penyusunan lambung ini sudah dikenal setidaknya selama 1500 tahun.
Proses pembuatan perahu ini pun mengandung nilai-nilai yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari, seperti kerja tim, kerja keras, ketelitian, presisi, keindahan dan penghargaan terhadap alam dan lingkungan. Atas nilai-nilai itulah, seni pembuatan Pinisi dianggap layak dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO.
Tinggalkan Balasan