Hj Normi Palaguna termasuk yang saya wawancara, mengingat penyumbang emas banyak di antaranya ibu-ibu. Era itu populer istilah peran ganda, sebagai istri pejabat atau wanita karier, sekaligus ibu bagi anak-anaknya.

Sebagai istri Gubernur Sulawesi Selatan, Hj Normi Palaguna secara ex officio memegang jabatan sebagai Ketua Dharma Wanita Provinsi Sulawesi Selatan, dan Ketua Tim Penggerak PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga). Jadi beliau layak diwawancarai.

Di masa awal, agak sulit untuk bisa ikut nimbrung wawancara. Sebab, saya sering ditanya, dari radam mana? Saya jelaskan bukan dari radam, tapi radio siaran swasta yang punya program berita, seperti RRI.

Saya perlu perjelas, biar tidak salah persepsi. Karena kalau radam itu, lebih ke istilah radio liar, yang bersiaran tanpa mengantongi izin frekuensi. Namun, tetap saja pertanyaan serupa sering saya hadapi.

Untuk meyakinkan orang yang diwawancarai, saya akan menyebut nama program dan jam siarnya. Bila perlu hasil wawancara yang sudah ditayangkan, dibawa kepada yang bersangkutan sebagai bukti siaran. Bukti siarannya direkam pada kaset bekas, yang biasa dipakai untuk iklan.

Hasil wawancara dengan Ibu Hj Normi Palaguna juga demikian. Lazimnya, saya serahkan bukti rekaman itu kepada Humas Pemprov Sulawesi Selatan, Pak Junur, yang selalu mendampingi Bu Gub dalam kegiatan-kegiatan Dharma Wanita.

Bulan Desember merupakan momen saya banyak berinteraksi dan melakukan wawancara dengan Hj Normi Palaguna. Bagaimana tidak. Tanggal 7 Desember merupakan ulang tahun Dharma Wanita. Di tanggal 22 Desember ada Hari Ibu. Lalu ada Hari Kesatuan Gerak PKK, pada 27 Desember.

Saya beruntung, sering dapat jatah wawancara tersendiri, berbeda dengan wartawan lain, karena butuh penjelasan Bu Normi yang runtut. Tuntutan program acara SKETSA membuat wawancara dalam bentung taping itu perlu dilokalisir dari kemungkinan gangguan.