RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Climate Econometrics di Universitas Oxford dan lembaga internasional lainnya telah menganalisis 1.500 kebijakan dari data kebijakan iklim.

Ini adalah kali pertama kumpulan data kebijakan global dibandingkan dengan cara demikian, namun hanya 63 kebijakan yang berhasil diidentifikasi dalam analisis tersebut.

Analisis ini berdasarkan negara yang menunjukkan kemajuan cukup sukses di sektor kelistrikan oleh Inggris.

Namun, meskipun demikian, penelitian tersebut tidak menemukan pengurangan emisi yang signifikan setelah penerapan kebijakan di luar ekspektasi ekonomi dan populasi jangka panjang di sektor lainnya di Inggris.

Penulis studi dari Program Ekonometrika Iklim Oxford, Dr. Moritz Schwarz, menyatakan bahwa penelitiannya memberikan kontribusi pada perdebatan kebijakan yang kontroversial dengan tiga cara utama.

“Pertama, kami menunjukkan bukti efektivitas bauran kebijakan. Kedua, temuan kami menyoroti bahwa campuran kebijakan yang berhasil bervariasi di berbagai sektor dan bahwa pembuat kebijakan harus berfokus pada praktik terbaik khusus sektor,” ujar Mortiz dikutip dari oxfordmail.co.uk, Senin (26/8/2024).

“Ketiga, hasil kami menekankan bahwa kebijakan yang efektif bervariasi seiring dengan perkembangan ekonomi.” tambahnya.

Ia mengatakan, bahwa studi ini menunjukkan bahwa dalam empat sektor, 41 negara, dan dua dekade, hanya 63 kebijakan intervensi yang berhasil dan berdampak signifikan berhasil diidentifikasi, mengurangi total emisi antara 0,6 hingga 1,8 gigaton CO2.

Peneliti telah menyediakan data bagi pembuat kebijakan di berbagai negara, serta membuat visualisasi data sektor per sektor dan negara per negara.

Oleh karena itu, menurutnya, para pembuat kebijakan dapat mempelajari dari 63 kasus efektif untuk kembali ke jalur yang tepat.

Studi menunjukkan bahwa kebijakan iklim lebih efektif jika dikombinasikan dengan kebijakan lain, seperti penetapan harga karbon bersama subsidi.