Israel sudah berkali-kali menegaskan bahwa target mereka adalah militan Hamas, yang sering bersembunyi di antara warga sipil dan menggunakan mereka sebagai perisai hidup, sebagai respons atas serangan pada 7 Oktober di Israel selatan yang menyebabkan sekitar 1.200 kematian dan memicu konflik di Gaza.

Banyak anggota dewan menyoroti serangan Israel terhadap bekas sekolah pekan lalu, yang telah diubah menjadi tempat pengungsian untuk warga sipil yang dikelola oleh UNRWA, badan bantuan pengungsi Palestina.

Enam staf UNRWA termasuk di antara sekurang-kurangnya 18 korban tewas, termasuk perempuan dan anak-anak.

Israel menyatakan bahwa mereka mengincar pusat komando dan kendali Hamas di kompleks tersebut. Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menegaskan pada Senin bahwa anggota militer Hamas terbunuh dalam serangan tersebut.

Ia menyebutkan empat nama dan mengklaim kepada dewan bahwa mereka bekerja untuk UNRWA pada siang hari dan Hamas pada malam hari.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, telah menyerukan penyelidikan independen terkait insiden tersebut.

Lebih dari 41.000 warga Palestina sudah kehilangan nyawanya selama serangan Israel. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel tidak mengenal selisih antara warga sipil dan anggota Hamas.