RAKYAT NEWS, JAKARTA – Presiden Joko Widodo mengakui bahwa dia merasa tidak berdaya dalam menghadapi permintaan Menteri Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) Bahlil Lahadalia yang intensif dalam menekankan peningkatan tunjangan kinerja (tukin) untuk para pegawai di Kementerian ESDM.

Ketertarikan Bahlil untuk meningkatkan tunjangan kinerja atau tukin bagi pegawai ESDM tidaklah tanpa alasan. Bahlil mengklaim bahwa sektor ESDM telah memberikan kontribusi sebesar Rp 300-350 triliun kepada negara setiap tahun melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

“Jadi kalau karyawan kami kesejahteraannya tidak diperhatikan, ya susah,” kata Bahlil usai menghadiri Upacara Hari Pertambangan ke-79, dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (11/10/2024).

Bahlil menyatakan bahwa dengan adanya kenaikan Tukin di lingkungan Kementerian ESDM ini, diharapkan dapat meningkatkan kinerja para pegawai untuk bekerja lebih keras lagi.

“Jadi ini bagian daripada memacu kinerja mereka, tapi juga harus kita perhatikan kesejahteraannya. Itu yang saya maksudkan, itu tanggung jawab kamilah nanti kami akan memperjuangkan sesuai dengan aturan perundangan berlaku,” katanya.

Lebih lanjut, ia mengklaim bahwa para pegawainya telah bekerja keras untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

“Ada yang (kerja) di pelosok-pelosok tanah air di bawah gunung-gunung berapi. Saya dulu pernah tinggal di bawah rumah gunung berapi dan pernah merasakan betul meletusnya gunung berapi. Saya tahu Bapak-Ibu semua sudah bekerja keras tetapi pemerintah mungkin belum memperhatikan kesejahteraan Bapak-Ibu secara baik,” ungkap Bahlil.

Jokowi juga menyatakan bahwa dokumen mengenai kenaikan tukin belum berada di mejanya.

Kebijakan pemberian tukin kepada pegawai di kementerian atau lembaga ditetapkan oleh presiden melalui Peraturan Presiden (Perpres) yang harus ditandatangani oleh Kepala Negara.

“Saya sebetulnya bisa saja saya ngomong sudah ditandatangani, tapi memang belum dan Pak Menteri ESDM ini sangat lincah sekali, barangnya ada di sini didorong sudah masuk di sini, didorong dan selalu mengatakan ke saya sudah Pak? Ya saya belum tanda tangan ya saya jawab belum, tadi siang ketemu tanya sudah Pak? belum ya memang belum. Jadi kalau saya jawab sudah ya bohong namanya,” tutur Jokowi.