Pemateri ketiga, Sri Wahyuni, membawakan tema budaya digital tentang “Peran Komunitas Akademik dalam Pendidikan di Era Digital”. Menurut dia, komunitas akademik harus berpandangan optimis pada anak/siswa, mengikuti perkumpulan sesuai kompetensi di berbagai platform, dan mengundang narasumber yang bisa memotivasi dan menambah wawasan siswa. Selain itu, kreativitas melakukan pembelajaran daring secara menarik dan membuat laman atau blog penyedia sumber belajar gratis juga tak kalah penting untuk dilakukan.

Adapun Irma, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema keamanan digital mengenai “Rekam Jejak Digital di Ranah Pendidikan”. Ia mengatakan, pengajar bisa menerapkan strategi manajemen waktu, perundungan dan pengelolaan keamanan siber, privasi, berpikir kritis, serta empati digital agar peserta didik aman di dunia maya. “Selain guru, orangtua juga berperan penting membimbing anak agar bijak berinternet karena aktivitas di dunia maya meninggalkan jejak digital permanen yang bisa berdampak di kemudian hari,” pungkasnya.

Selanjutnya, moderator membuka sesi tanya jawab yang disambut meriah oleh para peserta. Selain bisa bertanya langsung kepada para narasumber, peserta juga berkesempatan memperoleh uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Salah satu pertanyaan menarik dari peserta adalah tentang bagaimana meningkatkan literasi digital bagi para guru yang memiliki keterbatasan akses terhadap peralatan teknologi digital. Narasumber menjelaskan bahwa pengelola sekolah bisa memfasilitasi kendala teknis semacam ini. Kemampuan literasi digital terkait keterampilan literasi secara umum lewat buku dan media lain juga tetap bisa dilakukan tanpa tergantung dengan gawai.