Selain tergabung dalam kelompok tani, Bakrie yang juga bergelut dalam dunia Pendidikan ini mengatakan bahwa terdapat perbedaan harga yang mencolok antara alpukat local sebelumnya dibandingkan dengan jenis varietas unggul ini.

“Perbedaan harga bisa dua kali lipat dibanding yang biasa atau lokal. Harga yang biasa itu sekitar Rp 15 ribu (per buah), tapi ini bisa Rp 30 ribu. Dan dalam setahun bisa dua kali panen, untuk panen rayanya” ungkap Bakrie.

Sejauh ini, Bakrie sendiri mengaku telah menanam hingga 200 pohon varietas unggul, sehingga tentu dirinya berharap agar dapat memotivasi warga Desa Tonasa yang lain untuk dapat mengikuti langkahnya bersama Kelompok Tani Parang Ta’Juru untuk menanam alpukat jeni varietas unggul.

Kelompok Tani Parang Ta’Juru saat ini memiliki anggota sebanyak 17 orang. Meski begitu, Bakrie menuturkan kemungkinan jumlah anggotanya bakal bertambah karena dengan adanya bantuan budidaya oleh LAZ Hadji Kalla ini.

“Di sini (sebelumnya) masih tergolong acuh tak acuh karena menilai alpukat itu tidak menjanjikan, makanya mereka tidak perhatikan,” terangnya.

“Sekarang penghasilan petani sangat meningkat dia punya penghasilan, dibanding sebelumnya yang menanam local, karena mereka sekarang rata-rata menanam yang varietas unggul ini. Alpukat varietas unggul ini dipasarkan ke malino kota dan ke daerah lainnya,” lanjutnya.

Manajer Program Community Development LAZ Hadji Kalla, Erny Rachmi Nurdin, menjelaskan bahwa program ini didasari data BPS yang menyebutkan penurunan kualitas produksi alpukat di Malino.

“Kami menginisiasi program ini, kami memberikan benih alpukat kualitas unggul. Kami mendampingi. Hasilnya sangat signifikan dan sesuai harapan kami,” kata Erny.

Panen perdana ini melebihi ekspektasi dengan berhasil memanen 70% dari jumlah benih pohon yang ditanam dan warga Desa Tonasa telah mandiri memproduksi 2.000 benih alpukat unggul dengan teknik sambung pucuk.