Andi Irwandi sendiri masih terhitung cucu dari seorang Jenderal Jusuf, meski demikian menurutnya. Saat ini sosok sang Jenderal tidak bisa lagi hanya di klaim oleh sekelompok keluarga dan suku daerah, dengan pengabdian panjangnya untuk bangsa ini sosoknya telah menjadi milik bangsa Indonesia.

“Kita sangat bangga punya leluhur jadi panutan bangsa, sayang beliau semasa hidup dengan tegas menolak, jikalau suatu waktu nanti ada patung mengkultuskan dirinya”, tutur Andi Ilham yang juga menjabat Camat Patimpeng saat ini.

Masih ada satu tokoh Bone yang menasional, Andi Irwandi tak luput menyambangi kediamannya, melanjutkan agenda reses hari kedua. Kali ini handai taulan A.M Fatwa berkumpul di Mare, rumah tokoh politisi tiga zaman tersebut, Senin 29/01.

Andi Mapetahang Fatwa demikian nama lengkapnya, mangkat pertengahan bulan Desember lalu. Pengalaman hidupnya penuh tragedi, mendekam di penjara selama 20 tahun dimasa rezim orde baru. Setelah reformasi namanya kembali berkibar dikancah nasional, salah satu penghuni senayan yang sangat produktif menulis buku, tercatat sekitar 37 buah buku lahir dari raga ringkihnya hingga diakhir masa hidupnya, bahkan masih ada naskah buku sementara berjalan.

“Percikan pemikiran beliau terbukti menghiasi perjuangan panjang bangsa ini, mulai masa orde lama, orde baru hingga memasuki masa reformasi. Beliau adalah politisi tiga zaman, tak pernah gentar menyuarakan kebenaran dan keadilan hingga akhir hayatnya”, tutur Andi Irwandi setelah kegiatan selesai.

Sama dengan sosok Sang Jenderal, beliau juga telah menjadi milik bangsa. Meski keluarga besar di Mare dan Bone sangat berbangga memilikinya tetapi sosoknya telah mewakafkan diri untuk perjuangan bangsa. Bagi Andi Irwandi sendiri yang juga sebagai salah satu bagian dari keluarga besar AM Fatwa, keteladanan beliau harus menjadi spirit semangat bagi generasi millenial bangsa dan Bone pada khususnya.