BPOM Ajak Biofarma Tingkatkan Kemandirian Obat dan Vaksin Nasional
RAKYAT.NEWS, BANDUNG – Kepala BPOM, Taruna Ikrar, berkunjung ke Bio Farma berkaitan dengan tugas BPOM dalam memastikan produk obat dan makanan aman, berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu.
“Saya berkunjung ke sini untuk melihat bisnis proses, teknologi, dan fasilitas produksi yang dimiliki Bio Farma,” ungkap Taruna kepada wartawan, Rabu (15/1/2025).
Kedatangan Taruna bersama dengan Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif beserta jajaran lainnya diterima langsung oleh Direktur Utama (Dirut) Bio Farma, Shadiq Akasya, beserta Direktur Produksi dan Supply, Iin Susanti, dan Direktur Medis dan Hubungan Kelembagaan, Sri Harsi Teteki. Begitu tiba, Kepala BPOM langsung meninjau salah satu fasilitas produksi Bio Farma didampingi jajaran direktur Bio Farma.
Dalam sambutannya, Shadiq menyampaikan bahwa Bio Farma terus melakukan improvement. Saat ini, research and development Bio Farma didukung oleh 8 fasilitas yang berada di Bandung. Sedangkan produksi vaksinnya didukung oleh total 9 fasilitas utama dan 3 fasilitas pendukung.
Bio Farma dapat menghasilkan 3,1 miliar dosis vaksin per tahun dan masuk 5 besar produsen vaksin yang dipasok ke UNICEF. Vaksin produksi Bio Farma telah diekspor ke lebih dari 100 negara di berbagai belahan dunia.
“Saat ini RnD Bio Farma memiliki 8 proyek pengembangan vaksin prioritas dalam mendukung ketahanan kesehatan nasional dan global,” ungkap Shadiq.
Shadiq juga menjelaskan Bio Farma berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas produksi melalui inisiasi peremajaan fasilitas dan ekspansi fasilitas ke lahan baru.
“BPOM adalah salah satu stakeholder yang sangat kami butuhkan dalam menjaga kualitas produk Bio Farma,” ujar Shadiq.
Shadiq berharap kolaborasi Bio Farma dan BPOM dapat mendukung Indonesia dalam berkontribusi sebagai penyedia produk obat dan vaksin bagi dunia global.
Taruna menyebutkan salah satu tugas BPOM adalah menjamin keamanan, efikasi/khasiat, serta kualitas obat dan makanan melalui pengawasan terhadap riset, produksi, hingga distribusi produk obat dan makanan.
“Dalam konteks produksi vaksin, Bio Farma merupakan kebanggaan kita,” tutur Taruna.
Untuk itu, menurut Taruna, kunjungannya ini terkait beberapa hal. Pertama, memastikan semua proses dari riset, produksi, hingga distribusi dan farmakoviligans berjalan sesuai aturan yang ada. Kedua, memberikan dukungan dalam pengembangan teknologi dan inovasi di bidang obat. Dan ketiga yang diharapkan melalui kunjungan ini, BPOM bisa berperan lebih dalam pengawalan bisnis proses produksi dan distribusi produk Bio Farma.
“Kita berharap Bio Farma mampu melakukan dan menghasilkan inovasi obat-obat baru yang dibutuhkan masyarakat,” ujar Taruna.
Terkait obat-obat baru, Taruna Ikrar menjelaskan selama 4 bulan kepemimpinannya, evaluasi terhadap beberapa produk inovasi baru dapat diselesaikan dalam 90 hari kerja (HK) dari yang sebelumnya membutuhkan waktu 300 HK.
Saat ini BPOM sedang berupaya meningkatkan level maturitas dari 3 jadi 4 serta berjuang memperoleh status World Health Organization (WHO) List Authority/WLA. Dengan diperolehnya status WLA nanti maka peluang produk vaksin Indonesia untuk menembus pasar global akan semakin besar karena produk tidak perlu melalui tahapan evaluasi lagi. Kepala BPOM menyampaikan perjuangan BPOM ini membutuhkan bantuan dan kesiapan pemangku kepentingan terkait, termasuk Bio Farma.
Usai kunjungan, Taruna optimistis BPOM dan Bio Farma dapat berkolaborasi meningkatkan kemandirian industri farmasi nasional. Kolaborasi dan sinergi ini sekaligus menjawab kebutuhan global untuk produk-produk biologi yang aman, berkhasiat, dan bermutu.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan