Penulis: Syamril/Rektor Kalla Institute

Makna sederhana dari amanah yaitu titipan. Sebagai pribadi ada titipan dari Allah berupa waktu, harta dan ilmu. Ada titipan keluarga, pekerjaan, tugas khusus di masyarakat. Juga ada jabatan politik, publik, sosial, professional dan lainnya. Titipan itu harus dijaga dan dijalankan sesuai tugas pokok dan fungsinya. Itulah makna amanah.

Bagaimana caranya agar dapat menjaga amanah? Merujuk kepada Said Hawwa dalam bukunya Tarbiyah Ruhiyah, menyebutkan ada 5 tangga menuju takwa. Saya mencoba menggunakan kelima tangga itu dalam bahasa yang lebih mudah diingat. Kelimanya dapat disingkat dalam kata JEJAK yaitu Janji, Evaluasi, Juang, Awasi, Konsekuensi.

Pertama yaitu “janji atau mu’ahadah”. Coba ingat janji Anda kepada Allah, orang tua, keluarga, negara, tempat kerja, masyarakat tempat tinggal, dan lainnya. Karyawan ada KPI. Bagi para pejabat coba ingat kembali sumpah dan janji pada saat dilantik. Pasti berjanji tidak akan menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi dan keluarga. Jika sumpah dan janji jabatan dibaca sepenuh hati, pasti akan berhati-hati dalam bertindak. Pasti tidak akan korupsi.

Kedua yaitu “evaluasi atau muhasabah”. Amanah pasti akan ada pertanggungjawaban. Di dunia ada LPJ dan penilaian kinerja. Di akhirat akan ada Mahkamah Allah. Agar bisa lulus di akhirat maka perlu evaluasi atau muhasabah saat masih di dunia. Umar bin Khattab ra mengatakan “hisablah dirimu di dunia sebelum kelak dihisab di akhirat”.

Evaluasi (muhasabah) dilakukan untuk mencari apa yang harus diperbaiki dan dipertahankan. Jika ada yang salah dan keliru mari bertekad untuk memperbaiki dan tidak mengulangi. Itulah makna tobat. Kembali ke jalan yang lurus. Jika ada yang bagus mari pertahankan dan terus ditingkatkan. Evaluasi berkala akan membuat kita melakukan perbaikan berkelanjutan dalam kehidupan.

YouTube player