Panas bukan main. Angin seperti lupa caranya sejuk. AC pun terasa menyerah. Itulah yang terjadi di Jakarta Timur belakangan ini. Suhu ekstrem yang naik-turun nggak karuan bukan cuma bikin badan kamu lelah, tapi juga bisa diam-diam “membunuh” benda-benda penting di rumah. Salah satunya: obat-obatan.

Buat kamu yang terbiasa menyimpan obat sebagai persediaan, suhu ekstrem ini bisa jadi ancaman yang nggak main-main. Karena faktanya, obat yang disimpan dengan cara dan suhu yang salah bisa kehilangan efektivitas, berubah bentuk, bahkan membahayakan tubuhmu saat dikonsumsi. Apalagi kalau kamu punya anak kecil, orang tua lanjut usia, atau anggota keluarga yang rutin konsumsi obat harian.

Masalah ini nggak bisa dianggap sepele. Di tengah cuaca ekstrem yang makin sering terjadi karena perubahan iklim, edukasi soal penyimpanan obat harus mulai kamu pahami. Dan kalau kamu pengin tahu informasi lebih lengkap seputar kesehatan masyarakat, kamu bisa langsung mampir ke pafikotajakartatimur.org, tempatnya update dan edukasi dari para ahli farmasi Jakarta Timur.

Kenapa Suhu Ekstrem Bisa Bahayakan Obat?

Obat, baik yang berbentuk tablet, kapsul, sirup, atau salep, semuanya punya komponen kimia yang sensitif. Kebanyakan dari mereka hanya efektif dalam suhu ruang yang stabil—sekitar 25°C. Ketika disimpan di suhu terlalu tinggi atau lembap, kandungan aktifnya bisa rusak atau terdegradasi, bahkan sebelum tanggal kedaluwarsa.

Kamu mungkin berpikir, “Selama belum expired, masih aman dipakai kan?” Sayangnya, nggak sesederhana itu. Misalnya, insulin harus disimpan di suhu 2–8°C. Kalau kamu tinggal di rumah tanpa AC dan taruh insulin di lemari biasa selama seminggu, besar kemungkinan khasiatnya sudah menurun drastis. Hal serupa bisa terjadi pada antibiotik cair, salep luka, atau bahkan vitamin.