Bupati dan Wabup Hadiri Peluncuran dan Bedah Buku “Jeneponto Abad 20” di Dispusip
RAKYAT NEWS, JENEPONTO – Bupati Jeneponto H. Paris Yasir menghadiri dan meluncurkan bedah buku berjudul “Jeneponto Abad 20” karya Aldi Saputra, yang diselenggarakan di Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kabupaten Jeneponto, pada Rabu (30/4/2025).
Acara ini juga dihadiri oleh Wakil Bupati Jeneponto Islam Iskandar beserta istri yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Tim Penggerak PKK (TP PKK) Jeneponto.
Hadir pula Sekretaris Daerah H. Muh Arifin Nur, unsur Forkopimda, Kepala Dispusip Nur Alim, MA beserta jajaran, perangkat Organisasi Perangkat Daerah (OPD), pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa, dan sejumlah organisasi masyarakat (ormas) lainnya.
Peluncuran dan bedah buku ini merupakan bagian dari serangkaian kegiatan untuk memperingati hari ulang tahun Jeneponto yang ke-162. Dalam kesempatan tersebut, Bupati H. Paris Yasir memberikan apresiasi kepada penulis muda Aldi Saputra.
Menurutnya, buku ini tidak hanya menyajikan informasi yang berharga, tetapi juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat Jeneponto, serta mencerminkan sejarah dan perkembangan daerah.
Bupati Paris menekankan bahwa acara ini lebih dari sekadar peluncuran buku; ini adalah langkah penting dalam meningkatkan budaya literasi di Kabupaten Jeneponto. Dengan melibatkan berbagai stakeholder, diharapkan kolaborasi untuk mengembangkan literasi dan mendukung karya-karya lokal semakin diperkuat.
Ia juga menyampaikan pentingnya memahami sejarah, terutama terkait buku “Je’ne Ponto”, yang merangkum sejarah dan perjuangan daerah tersebut. Bupati menyerukan kepada semua pihak untuk tidak melupakan sejarah dan memahami makna yang mendalam dari nama “Je’ne Ponto”.
“Saya ingin menjelaskan arti dari ‘Je’ne Ponto’, di mana ‘Je’ne’ berarti air dan ‘Ponto’ berarti limpahan. Ini menjadi simbol penting bagi daerah kita dan mempertegas keterkaitan dengan sumber daya alam lokal,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Bupati Paris mengajak semua yang hadir untuk merefleksikan sejarah serta menekankan pentingnya pendidikan dalam menggali kekayaan intelektual dan warisan budaya daerah Jeneponto.
Ia juga mengapresiasi penulis buku Aldi Saputra dan Bachtiar Adnan Kusuma, serta pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam acara ini, terutama Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yang telah berinisiatif menyelenggarakan kegiatan yang berarti ini.
“Semoga acara ini, yang bertepatan dengan rangkaian Hari Jadi Jeneponto Ke 162, memberikan makna yang lebih dalam bagi peluncuran dan bedah buku yang dilaksanakan hari ini,” imbuh Bupati Jeneponto.
Kepala Dispusip Jeneponto Nur Alim dalam laporannya menyampaikan bahwa Dinas Perpustakaan dan Kearsipan telah melakukan transformasi menjadi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Kini, perpustakaan bukan hanya sekadar tempat mencari data dan membaca, tetapi telah bertransformasi menjadi pusat kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Jeneponto.
“Sebagai bagian dari transformasi ini, kami telah menyiapkan berbagai fasilitas, seperti ruang diskusi, pojok baca digital, serta kegiatan interaktif lainnya yang memungkinkan masyarakat untuk terlibat aktif dalam meningkatkan ilmu pengetahuan,” terang Nur Alim.
Nur Alim menambahkan bahwa hari ini adalah momen yang sangat bermanfaat dan spesial karena di hari ulang tahun Jeneponto ke 162 hadir satu buku penting bertajuk “Jeneponto Abad 20” dan kemarin kita juga membedah buku “Pernak-Pernik Pemikat Hati Budaya Turatea,” karya Bachtiar Adnan Kusuma, yang keduanya adalah putra asli Butta Turatea, tandasnya.
Sementara Aldi Saputra yang merupakan penulis “Jeneponto Abad 20” menyampaikan bahwa buku “Jeneponto Abad 20” tidak hanya merefleksikan atau membicarakan masa lalu Kabupaten Jeneponto dari awal abad ke-20 hingga awal 2000-an.
Buku ini hadir sebagai cermin yang membawa kita untuk mendalami ruang-ruang yang jarang didiskusikan ketika kita membicarakan sejarah Jeneponto secara eksplisit, kata Aldi Saputra.
Dikatakannya, dengan penekanan pada aspek-aspek yang sering terabaikan, “Jeneponto Abad 20” mengajak kita untuk merenungkan bagaimana komponen-komponen yang membentuk masa lalu akhirnya berdampak pada keadaan kita hari ini dan bagaimana kita bisa merencanakan masa depan Kabupaten Jeneponto.
“Sejarah tidak hanya menceritakan mengenai awal terbentuknya daerah ini, tetapi juga mengisahkan perjalanan yang terjadi setelahnya,” ungkap Aldi Saputra.
Lebih lanjut, Aldi mengatakan bahwa selama ini, ketika membicarakan sejarah, kita sering hanya melihat ke belakang hingga abad ke-17, ke-18, dan ke-19. Namun, mengapa kita tidak menghadirkan hak semua elemen masyarakat untuk menyampaikan cerita masa lalu mereka? Setiap individu memiliki hak untuk berbagi cerita, dan ini adalah prinsip kesetaraan yang perlu dijunjung tinggi. Cita-cita membangun Kabupaten Jeneponto yang lebih baik adalah dengan memberikan ruang bagi setiap suara untuk didengar.
“Dari buku ini, saya berharap dapat memberikan harapan yang besar untuk Kabupaten Jeneponto dalam pembangunan dan kemajuan,” jelasnya.
Hal terpenting yang perlu dipertimbangkan adalah agar upaya-upaya kemajuan tidak melupakan individu dan komunitas yang mungkin tersisih atau terabaikan. “Jeneponto Abad 20” hadir untuk merefleksikan semua komponen yang membentuk peristiwa dan momen penting dalam sejarah daerah.
Sebagai gambaran awal, buku ini menyajikan cerita tentang kehidupan masyarakat Jeneponto di masa lalu, mulai dari ibu-ibu yang mandi dan mencuci di sungai, anak-anak yang bermain, hingga proses pendidikan yang berjalan di tengah mereka. Ini adalah kerangka dasar yang penting untuk merumuskan arah pembangunan daerah Kabupaten Jeneponto ke depan. (*)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan