Ishaq memaparkan bahwa gagasan integrasi Asia Selatan pertama kali digagas oleh Presiden Bangladesh Ziaur Rahman pada 1980-an, setelah melihat kemajuan ASEAN di Asia Tenggara pada dekade sebelumnya. Inisiatif tersebut mendapat dukungan dari negara-negara kecil seperti Nepal, Bhutan, Sri Lanka, dan Maladewa. Namun India dan Pakistan sempat menolak usulan tersebut.

Setelah proses diplomasi yang panjang, India dan Pakistan akhirnya menyepakati pendirian organisasi kerja sama regional bernama South Asia Association for Regional Cooperation (SAARC) pada tahun 1985, dengan syarat kerja sama tidak mencakup isu politik dan keamanan.

“Tanpa dimasukkannya isu politik dan keamanan dalam kerangka kerja sama SAARC, maka diskusi dan solusi terhadap isu Kashmir praktis tertutup. Hal ini menjadi penghambat utama bagi integrasi regional,” jelas Ishaq.

Diskusi yang dihadiri hampir seratus peserta ini juga diisi dengan sesi tanya jawab interaktif. Para peserta, yang terdiri dari mahasiswa dan pengamat hubungan internasional, menyampaikan pandangan kritis mereka terhadap dinamika geopolitik di Asia Selatan serta prospek integrasi kawasan di tengah rivalitas dua kekuatan utama: India dan Pakistan.

Kegiatan Diskusi Bulanan ini merupakan agenda rutin Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP Unhas yang bertujuan membedah isu-isu global yang relevan dengan kepentingan nasional Indonesia, serta memperluas wawasan dan analisis akademik terhadap dinamika internasional yang sedang berkembang.

YouTube player