RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Bank Indonesia Sulawesi Selatan (BI Sulsel) terus memperkuat perannya sebagai bank sentral yang aktif mendorong terciptanya masyarakat yang melek ekonomi dan adaptif terhadap perubahan, melalui berbagai inisiatif literasi yang inklusif dan berkelanjutan.

Salah satu upaya terbaru dilakukan dengan menghadirkan Perpustakaan Lontara BI Sulsel dalam Makassar International Writers Festival (MIWF) 2025 yang digelar sejak 29 Mei hingga 1 Juni di Fort Rotterdam, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Keikutsertaan Perpustakaan Lontara BI Sulsel dalam MIWF 2025 menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Buku Sedunia (World Book Day) 2025, dengan tema kegiatan besar MIWF tahun ini yakni Land and Hand.

Booth literasi milik BI Sulsel ini hadir untuk memberikan akses membaca kepada masyarakat sekaligus memperkenalkan koleksi buku ekonomi dan literasi umum kepada pengunjung festival.

Unit Kehumasan BI Sulsel, Zashya Nanda Ratrika, menjelaskan bahwa partisipasi BI dalam MIWF tahun ini merupakan bentuk kolaborasi dengan Rumata’ Artspace sebagai penyelenggara, sekaligus bentuk nyata kontribusi pihaknya terhadap penguatan budaya literasi di daerah.

“Dalam rangka memperingati World Book Day 2025, tahun ini BI Sulsel berkolaborasi dengan Rumata’ Art Space dalam penyelenggaraan MIWF 2025 yang tentunya memiliki beberapa rangkaian kegiatan,” ujar Zashya kepada Rakyat.News, Minggu (1/6/2025).

Zashya menambahkan, rangkaian dimulai sejak 28 Mei dengan talkshow literasi yang menghadirkan dua tokoh sastra nasional, Ratih Kumala dan M. Aan Mansyur. Selanjutnya, dari tanggal 29 Mei hingga 1 Juni, BI Sulsel menghadirkan booth Perpustakaan Lontara sebagai sarana interaksi literasi yang terbuka bagi pengunjung festival.

Selain talkshow, dalam agenda World Book Day 2025, BI Sulsel juga mengadakan bedah buku Pesona 101 Gua di Sulawesi Selatan dengan menghadirkan dua narasumber inspiratif yakni penggiat alam sekaligus fotografer dokumenter dalam pembuatan buku, Makmur Jaya dan Penanggung Jawab Unit Musium Cagar Budaya Benteng Rotterdam, Sabtu (31/5).

“Tentunya dengan adanya booth Perpustakaan Lontara BI Sulsel di MIWF ini, kami memberikan akses kepada pengunjung yang ingin membaca buku atau sekadar bersantai. Koleksi yang kami hadirkan tidak hanya buku ekonomi, tapi juga mencakup berbagai jenis buku lainnya,” jelasnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk bergabung sebagai anggota I-Pustaka BI Sulsel melalui platform IB-Library dan mengakses langsung Perpustakaan Lontara BI Sulsel yang terbuka untuk umum.

“Harapannya, ke depan masyarakat, khususnya di Sulsel, semakin aware terhadap pentingnya membaca buku. Kami terbuka untuk siapa saja yang ingin bergabung sebagai anggota perpustakaan kami,” tutup Zashya.

Sebelumnya, BI Sulsel menghadirkan talkshow World Book Day 2025 bertajuk “Well-Read, Well-Lived: Literasi dan Harmoni dalam Era Digital” di Baruga Pinisi, Kantor BI Sulsel, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Rabu (28/5).

Acara tersebut menghadirkan Ratih Kumala, penulis novel Gadis Kretek, dan M. Aan Mansyur, penyair sekaligus Direktur Program MIWF 2025.

LITERASI KEUANGAN KUATKAN EKONOMI MASYARAKAT

Deputi Direktur BI Sulsel, Aswin Gantina, menjelaskan bahwa literasi, khususnya literasi keuangan, merupakan fokus utama BI Sulsel dalam menjalankan mandat sebagai bank sentral yang mendukung penguatan ekonomi masyarakat.

“Minat masyarakat terhadap literasi itu besar, dan kami dari BI Sulsel hadir sebagai fasilitator. Kami menyediakan infrastruktur, bahan bacaan, serta kegiatan yang bisa memperkuat budaya literasi, terutama yang berkaitan dengan literatur keuangan,” kata Aswin.

Menurutnya, pendekatan budaya menjadi salah satu strategi untuk menjangkau masyarakat secara lebih efektif. Oleh karena itu, kehadiran para penulis profesional dalam kegiatan tersebut menjadi penting.

“Narasumber yang kami hadirkan adalah pelaku aktif literasi yang terlibat dalam pengembangan budaya baca di masyarakat. Kehadiran mereka diharapkan memberi perspektif baru tentang pentingnya literasi, termasuk literasi keuangan, di era digital,” jelasnya.

Lebih jauh, Aswin memaparkan bahwa BI Sulsel terus menjalankan berbagai program edukasi keuangan di seluruh wilayah Sulawesi Selatan, mulai dari sekolah dasar, perguruan tinggi, hingga komunitas masyarakat umum. Program itu dikemas dalam bentuk sosialisasi, kuliah umum, seminar, serta kunjungan edukatif ke kantor BI dan perpustakaan.

“Sebagai bank sentral, kami konsen di literasi keuangan. Edukasi terus kami lakukan secara sistematis ke berbagai institusi dan kelompok masyarakat. Ini bagian dari upaya menciptakan masyarakat yang tanggap terhadap dinamika ekonomi dan keuangan,” tambahnya.

Ia juga menekankan pentingnya sinergi multipihak dalam mendorong literasi publik. Menurut Aswin, penguatan budaya baca dan pemahaman ekonomi harus menjadi gerakan bersama yang melibatkan pemerintah, akademisi, komunitas, media, dan masyarakat luas.

“Bank Indonesia tidak bisa sendiri. Literasi harus ditingkatkan bersama-sama dari berbagai aspek. Melalui kegiatan ini, kami berharap masyarakat lebih peduli terhadap budaya baca dan lebih paham akan pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak,” pungkasnya.

Partisipasi aktif dalam MIWF dan berbagai kegiatan literasi lainnya menjadi bagian dari visi jangka panjang BI Sulsel untuk menciptakan Smart Citizen, yaitu masyarakat yang tidak hanya melek huruf, tetapi juga memiliki kesadaran ekonomi yang kuat, serta mampu beradaptasi dengan perubahan zaman yang semakin dinamis. (Frz)