RAKYAT NEWS, JAKARTA – Komisi VII DPR RI, melalui Saleh Partaonan Daulay, menegur Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana terkait kematian wisatawan asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani. Ia mempertanyakan sistem keamanan dalam pariwisata pendakian gunung tersebut.

Awalnya, anggota Komisi VII DPR RI, Samuel Wattimena, mengajukan pertanyaan kepada Widiyanti mengenai pengawasan di Gunung Rinjani. Ia menyoroti jasa tour guide, porter, serta proses evakuasi darurat yang dianggap memakan waktu lama.

“Apakah ada batasan jumlah pendaki per hari? Saya berbicara masalah musibah yang menimpa Juliana Marins ya, yang baru-baru ini menjadi pemberitaan dan cukup memberikan negative publication buat kita karena masalah security dari tourism kita,” ujar Samuel dalam rapat di DPR, Kamis (3/7/2025) dikutip dari detiknews.

Samuel juga menyoroti pemberitaan negatif yang berdampak pada citra pariwisata Indonesia akibat insiden tersebut. Ia menyinggung evakuasi Juliana yang dinilai kurang sigap saat kondisi darurat terjadi.

“Karena berdasarkan berita, korban ini masih terlihat hidup waktu dalam pantauan drone tapi karena pertolongannya sangat terlambat, akhirnya tidak dapat tertolong kembali. Dan ini bukan hanya masalah negative publication, tapi ini berhubungan dengan nyawa seseorang, yang tentunya akhirnya ini menjadi bad publication buat tourism kita yang menyangkut security dari para tourism dunia,” kata dia.

Menanggapi hal tersebut, Widiyanti menyatakan bahwa pengelolaan Gunung Rinjani adalah kewenangan Kementerian Perhutanan (Kemenhut). Namun, Kemenpar telah melakukan koordinasi antar kementerian terkait peristiwa itu.

“Memang unik wisata Gunung Rinjani itu adalah ranah dari Kementerian kehutanan. Izin-izin dari penyediaan jasa wisata alam, dan usaha untuk melakukan penjualan tiket ada di bawah Kementerian Kehutanan. Makanya kita melakukan koordinasi, contohnya untuk kapal laut juga persetujuan nelayan itu ada di Menteri KKP, pengawasan,” ujar Widiyanti.

“Dalam waktu dekat kita akan melakukan rapat-rapat dan kami juga telah membuat tim penanggulangan krisis, tim kami concern mengenai keselamatan. Memang pariwisata itu citra bangsa ya,” dia menambahkan.

Saleh menegaskan bahwa Widiyanti tidak bisa melempar tanggung jawab kepada kementerian lain.

“Ibu kan tadi menyebut yang soal keamanan itu ini adalah tugasnya Kementerian Kehutanan, Saudara Raja Juli Antoni ya. Tadi Ibu jelasin kok barusan,” kata Saleh.

“Pertanyaan saya begini, ini kan pemerintah itu satu lho Bu, prinsipnya itu sebenarnya satu. Memang tanggung jawabnya itu mungkin berbeda-beda,” ujar dia lagi.

“Tapi khusus soal ini, yang saya tanya Juliana itu yang berangkat ke Rinjani itu sedang wisata atau sedang studi apa kehutanan? Kan dia naik gunung, naik gunung itu bagian dari wisata atau nggak? Wisata,” ujar Saleh.

“Karena itu, itu tidak bisa saling lempar begitu. Pemerintah bagusnya ‘kami sedang berkolaborasi dengan seluruh kementerian yang ada untuk melakukan pengamanan bagaimana supaya orang datang ke Indonesia itu aman, jadi nggak takut’. Jadi jangan bilang tanggung jawabnya Raja Juli Antoni, nanti dia pusing juga Ibu, bareng aja jalan bersama,” dia menambahkan.

Juliana meninggal dunia saat melakukan pendakian di Gunung Rinjani setelah terperosok ke jurang di Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Rinjani, pada 21 Juni.

Juliana bukanlah satu-satunya wisatawan asing yang mengalami kecelakaan di Gunung Rinjani pada periode Mei hingga Juni.

Seorang wisatawan asal Malaysia, Rennie Abdul Ghani (57), dilaporkan tewas setelah terjatuh ke dalam jurang saat menuruni jalur pendakian Torean pada Mei. Selain itu, Nazli Bin Awang Ma’had juga mengalami kecelakaan jatuh dan berhasil diselamatkan dengan luka di kepala.

YouTube player