Selain itu, melalui penerapan ini bisa menghasilkan rekomendasi penanaman dan perawatan. Bahkan sistem berbasis AI juga bisa memberikan saran optimal berdasarkan data lahan dan cuaca.

“Saat ini dengan platform digital menghubungkan petani langsung dengan pembeli, memperpendek rantai pasok, dan memberikan informasi harga,” paparnya.

Kelima, penerapan “pertanian vertikal dan hidroponik/akuaponik.” Hal ini sudah mulai jamak dilakukan terutama dengan memanfaatkan ruang terbatas (perkotaan), mengontrol lingkungan sepenuhnya (cahaya, suhu, nutrisi), mengurangi penggunaan air dan pestisida secara signifikan.

Penerapan Teknologi di Perikanan

Sedangkan di sektor perikanan, menurut Darwis adalah penerapan teknologi (aquatech/blue tech) meliputi yakni:

Pertama, akuakultur berbasis teknologi. Dimana terdapat sistem resirkulasi akuakultur atau RAS yang mengontrol kualitas air (suhu, oksigen, amonia) secara ketat dalam lingkungan tertutup, meminimalkan dampak lingkungan dan risiko penyakit, memungkinkan lokasi dekat pasar.

Selain itu “sensor dan monitoring” yang memantau kualitas air, tingkat pemberian pakan, kesehatan ikan/udang secara real-time. “Pakan cerdas” yang membuat formula pakan yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta sistem pemberian pakan otomatis berbasis perilaku ikan. Dan “teknologi benih” yang menghasilkan pembenihan unggul tahan penyakit dan tumbuh cepat.

Kedua, penangkapan ikan berkelanjutan. Yang berupa “teknologi pelacakan kapal” (VMS/AIS) yang berfungsi memantau aktivitas kapal penangkap ikan untuk memerangi IUU fishing (Iegal, unreported, unregulated fishing). Lalu, “sonar dan fish finder canggih” yang dapat menemukan lokasi ikan secara lebih efisien dan selektif, mengurangi tangkapan sampingan (bycatch).

Selanjutnya, “alat tangkap selektif.” Dimana berupa pengembangan alat tangkap yang hanya menangkap ikan ukuran/tipe tertentu. Dan “prediksi stok ikan” dengan menggunakan data satelit, oseanografi, dan AI untuk memprediksi lokasi dan kelimpahan stok ikan.

YouTube player