Rudenim Makassar Gagas Program Pemberdayaan Pengungsi, Dilatih Bertani hingga Usaha Kuliner
RAKYAT.NEWS, GOWA – Kepala Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Makassar, Rudy Prasetyo, mengungkapkan gagasan baru terkait pemberdayaan pengungsi di Kota Makassar melalui berbagai program produktif.
Beberapa program tersebut antara lain seperti pertanian, perkebunan, ketahanan pangan, hingga kuliner khas Timur Tengah.
Hal tersebut Rudy Prasetyo saat ditemui di Kantor Rudenim Makassar, Jalan Timbuseng, Kabupaten Gowa, Kamis (24/7/2025).
Rudy menjelaskan bahwa selain menjalankan tugas pokok penanganan detensi, Rudenim Makassar memiliki kekhususan dalam menangani pengungsi di luar rumah detensi, yang tersebar di 15 titik di Kota Makassar.
“Di Rudenim memang kan ada tugas pokok yang memang menangani detensi, tapi di Makassar ini agak spesifik ada penanganan pengungsi di luar rumah detensi. Itu ada tersebar di 15 titik di Kota Makassar,” ujarnya.
Melihat kondisi tersebut, Rudy mengaku memiliki inisiatif untuk menghadirkan program-program pemberdayaan, agar para pengungsi bisa menjalani aktivitas yang produktif dan bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan masyarakat Sulawesi Selatan.
“Jadi memang saya punya ide bagaimana mereka bermanfaat bagi Sulawesi Selatan. Mereka bisa bekerja dengan kegiatan-kegiatan yang memang bermanfaat seperti perkebunan, pertanian, ketahanan pangan, ataupun dengan sentra-sentra wisata kuliner Timur Tengah,” terangnya.
Rudy yang menjabat sebagai Kepala Rudenim Makassar sejak bulan Maret 2025 tersebut mengatakan, bahwa implementasi program ini perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, wali kota, dan jika memungkinkan, Gubernur Sulawesi Selatan.
“Program-program ini harus didukung wilayah Sulawesi Selatan, termasuk pemda, wali kota, kalau bisa gubernur. Program ini saya pikir sangat bagus,” katanya.
Ia menekankan bahwa manfaat program ini bersifat dua arah. Di satu sisi, pengungsi bisa menjalankan aktivitas yang positif dan terarah, sementara di sisi lain mereka juga bisa mengembangkan keterampilan yang dapat membantu proses resettlement ke negara ketiga.
“Di satu sisi, pengungsi ini akan berkegiatan positif. Di sisi lain, mereka akan punya skill untuk bisa dilihat oleh negara-negara ketiga. Misalnya di bidang perkebunan, pertanian, dan mereka akan lebih cepat mendapatkan negara ketiga yang menerima itu ke depannya,” ucap Rudy.
Lebih jauh, Rudy menyampaikan bahwa jika program ini berhasil dijalankan, maka akan memberi dampak luas bagi masyarakat dan daerah. Selain mendukung ketertiban sosial, kegiatan produktif para pengungsi juga berpotensi memberikan kontribusi ekonomi melalui penerimaan pajak dan retribusi.
“Saya berharap sekali program-program ini bisa dijalankan di Sulawesi Selatan dan berdampak luas bagi masyarakat. Penerimaan pajak juga masuk, retribusi juga masuk. Jadi mereka berkegiatan positif, tidak ada lagi hal-hal negatif yang bermasalah di Kota Makassar,” jelasnya.
Rudy juga mengungkapkan telah mulai melakukan komunikasi lintas instansi, termasuk dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) serta Polrestabes Makassar, untuk menjajaki dukungan terhadap program ini.
“Saya kemarin sempat berbicara dengan Kesbangpol, dengan Polrestabes. Jadi mungkin nanti saya akan coba dulu ke Pak Wali Kota. Kalau memang Pak Wali Kota arahkan ke Gubernur, saya mohon dukungannya juga,” tambah Rudy.
Oleh karena itu, Rudy menyatakan bahwa program ini merupakan upaya konkrit menciptakan win-win solution antara pengungsi dan masyarakat lokal yang ia nilai kerap bergesekan.
Dengan dukungan pemerintah daerah dan provinsi, ia optimistis Sulawesi Selatan bisa menjadi model pemberdayaan pengungsi berbasis produktivitas dan kemandirian. (Frz)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan