Penulis: Rektor Universitas Hasanuddin, Jamaluddin Jompa

RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Kabar duka itu datang begitu berat. Rasanya belum siap kehilangan sosok yang begitu konsisten berbagi ilmu, gagasan, dan kepedulian.

Sekitar dua tahun lalu, almarhum kanda Aswar meminta waktu untuk bertemu di rektorat. Pagi itu, kami saling menyemangati. Saya meminta beliau mengurus kepangkatan dan rutin memeriksakan kesehatan di RS Unhas, bahkan menawarkan tim medis untuk datang jika perlu.

Saya sampaikan bahwa pimpinan Unhas berkewajiban memberi layanan terbaik dalam segala aspek. Mendengar itu, beliau tersenyum bangga dan senang.

Sambil bercanda, ia berkata, “Walau sibuk sekali sebagai Rektor, harus lebih sering menulis, ya.” Saya hanya menjawab, “Siap, kanda! Tapi semangatki juga.” Begitulah, kami terus saling menguatkan, sampai akhirnya beliau jatuh sakit.

Bagi saya, Dr. Aswar Hasan bukan sekadar kolega di lingkungan akademik; ia adalah mata air pengetahuan yang tak pernah kering, alirannya menembus batas ruang kuliah dan seminar.

Saya mengenalnya bukan pertama kali di forum resmi atau rapat, melainkan lewat tulisan-tulisannya yang bertebaran di berbagai media, selalu sarat makna. Dari sana, saya melihat sosok penulis yang produktif, yang menjadikan pena bukan sekadar alat mengajar, melainkan jembatan nurani publik.

Ia adalah pemikir yang konsisten. Tidak menulis demi musim, apalagi demi tepuk tangan sesaat. Sejak awal menapaki jalan akademisi, ia memilih peran yang tidak semua orang berani memanggul: menjadi intelektual publik.

Ia menulis tentang politik, sosial, komunikasi, tetapi lebih dari itu, ia menulis tentang wajah kita sebagai bangsa. Ia mengajak kita bercermin pada cita-cita kemerdekaan yang mulai buram, pada arah yang kerap goyah, pada umat yang kian terpinggirkan.

YouTube player