Sri Mulyani juga menyoroti para korban yang mengalami insiden unjuk rasa anarkis beberapa waktu lalu. Pada saat yang sama dengan penjarahan di kediamannya, ada korban yang jauh lebih berharga daripada lukisan tersebut. Insiden itu menjadi tragedi kelam di Indonesia.

“Minggu kelabu akhir Agustus itu, ada korban yang jauh lebih berharga dibanding sekedar lukisan saya, yaitu korban jiwa manusia yang melayang yang tak akan tergantikan. Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, Sumari. Menimbulkan duka pedih yang mendalam bagi keluarga. Tragedi kelam Indonesia,” imbuh dia.

Sri Mulyani menilai dalam kerusuhan tidak ada pemenang, yang terjadi justru hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, dan runtuhnya fondasi berbangsa dan bernegara. Padahal Indonesia adalah negara hukum yang berperikemanusiaan serta adil dan beradab.

“Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa,” pungkas Sri Mulyani.