Pada kesempatan yang sama, Global Energy Director WRI Jennifer Layke menyebutkan, kerja sama ini diperlukan untuk mencapai target bauran Indonesia sebanyak 23 persen pada 2025.

Seiring dengan upaya negara untuk pulih dari dampak pandemi, ada peluang untuk mendorong tujuan pembangunan berkelanjutan dan mencapai ekonomi energi bersih yang lebih adil.

“PLN akan menjadi kunci untuk kemajuan ini. Selama dua tahun terakhir, melalui Clean Energy Investment Accelerator (CEIA), WRI dan Allotrope Partners, serta NREL telah mendukung PLN dalam pengembangan produk energi terbarukan, salah satunya adalah REC,” ucapnya.

Jennifer sadar jika tantangan yang dihadapi oleh pengembangan EBT di sektor ketenagalistrikan bukan hanya tentang pemilihan bahan bakar saja. Masih ada tantangan bagaimana produk EBT yang telah diproduksi ini bisa diserap oleh pasar.

“Saya menyambut positif dengan apa yang terjadi di PLN. Bagaimana permintaan pasar, perkembangan teknologi, dan aset PLN yang terdiversifikasi ke EBT menjadi satu sistem dapat diterima. Saya rasa masa depan PLN akan sangat cerah ke depan,” imbuhnya.

Seiring dengan semakin rendah biaya EBT, serta banyak pilihan teknologinya yang tersedia, tentunya ada kesempatan untuk membangun sesuatu yang berbeda dalam menghadapi disrupsi akibat pemanasan global. PLN harus mempersiapkan perpindahan teknologi yang akan terjadi seiring waktu.

“Dengan adanya kemitraan baru yang akan berlangsung selama dua tahun ke depan, kami berharap ini akan mendorong lebih banyak solusi listrik terbarukan. Kami percaya bahwa transisi energi tidak dapat dicapai tanpa kolaborasi, maka kami akan terus mendukung PLN agar dapat mempercepat langkah Indonesia menuju masa depan energi terbarukan,” ucap Jennifer.

Baca Juga : PLN Kolaborasi NMDI Sediakan SPKLU

Pilihan Video