RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Hasanuddin (Unhas) resmi memperkenalkan mata kuliah pilihan baru bertajuk Shelter Medicine, yang menjadi program pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Pengumuman ini dilakukan dalam kegiatan peluncuran kurikulum di Hotel Unhas, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Jumat (21/11/2025).

Peluncuran ini merupakan hasil kolaborasi Program Studi Kedokteran Hewan Unhas bersama JAAN Domestic Indonesia dan FOUR PAWS International.

Langkah tersebut sekaligus menandai babak baru dalam pendidikan kedokteran hewan karena untuk pertama kalinya penanganan hewan di shelter dimasukkan dalam kurikulum resmi perguruan tinggi di kawasan Asia Tenggara.

Mata kuliah Shelter Medicine dirancang dengan pendekatan interdisipliner dan praktik lapangan. Materi yang diajarkan mencakup manajemen penampungan hewan, kedokteran shelter, pengendalian populasi secara manusiawi, pencegahan penyakit, pengendalian wabah, standar operasional shelter, penilaian kesejahteraan hewan, hingga persoalan hukum serta kebijakan terkait rabies dan hewan jalanan.

Ketua Program Studi Kedokteran Hewan Unhas, Dr. drh. Dwi Kesuma Sari, APVet, mengatakan peluncuran mata kuliah tersebut merupakan langkah strategis dalam memperkuat kontribusi akademisi terhadap isu kesejahteraan hewan dan kesehatan masyarakat.

“Tentunya melalui kolaborasi ini kami membekali mahasiswa dengan keterampilan klinis sekaligus empati, etika, dan pemahaman tentang tanggung jawab sosial terhadap hewan. Ini komitmen kami mencetak dokter hewan berdaya saing global dan berjiwa kemanusiaan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua PDHI Sulsel, drh. Aminudin, menyampaikan dukungannya terhadap peluncuran kurikulum baru ini. Menurutnya, mata kuliah ini menjadi jawaban atas kebutuhan tenaga ahli di shelter hewan di Sulawesi Selatan yang hingga kini belum memiliki dokter hewan secara khusus.

“Saya senang sekali karena ini menambah pengetahuan bagi calon-calon dokter hewan. Harapannya setelah mereka selesai, mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang shelter,” ujarnya.

Ia menyebutkan saat ini PDHI dan APHI masih membantu pembinaan shelter baik anjing maupun kucing di Sulsel.

“Jadi kadang kami mengadakan vaksinasi massal, atau jika ada dana, kami lakukan sterilisasi gratis. Semua pelayanan untuk shelter tidak dipungut biaya,” katanya.

COO JAAN Domestic Indonesia, drh. Merry, menilai integrasi shelter medicine ke kurikulum universitas merupakan lompatan besar dalam komitmen Indonesia terhadap kesejahteraan hewan.

“Dengan membawa topik ini ke pendidikan kedokteran hewan, kita menyelaraskan Indonesia dengan standar global dan membangun fondasi untuk solusi yang manusiawi dan berbasis sains,” ujarnya.

Senada dengan itu, perwakilan FOUR PAWS International, Dr. Anne Dawydowa, menyatakan bahwa program ini membuka era baru pendidikan dan praktik kedokteran hewan di Asia Tenggara.

“Jadi ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat mendorong kemajuan nyata untuk kesejahteraan hewan dan kesehatan masyarakat,” katanya.

Peluncuran mata kuliah ini selaras dengan pedoman World Organisation for Animal Health (WOAH) serta mendukung program nasional dan internasional terkait Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pengendalian rabies dan pengelolaan populasi hewan secara manusiawi.

Dengan diresmikannya Shelter Medicine, Unhas kini menjadi pelopor pendidikan kedokteran hewan berbasis kesejahteraan hewan di Asia Tenggara.

Program ini diharapkan menjadi rujukan sekaligus model bagi universitas lain di Indonesia dan kawasan untuk memperkuat praktik ilmiah yang etis, aplikatif, dan berorientasi pada perlindungan hewan. (*)

YouTube player