Bom yang disebut oleh sumber militer AS sebagai “induk dari semua bom” ini ditargetkan untuk menyerang jalur terowongan yang digunakan oleh pasukan ISIS di Afghanistan. Bom ini mampu menghancurkan target yang berada di bawah tanah dan memiliki kekuatan penghancur lebih dari 11 ton TNT.

Bom ini dipandu oleh GPS dan belum pernah digunakan dalam pertempuran sejak diujicoba pada 2003. Bom ini menimbulkan asap seperti cendawan yang bisa terlihat dari jarak 32 km.

Presiden AS Donald Trump membantah telah memerintahkan penggunaan bom terbesar yang pernah digunakan oleh militer AS dalam perang ini.