Hampir sama dengan sistem pembelajaran Program Studi Ilmu Gizi FKM UNHAS yang mengaplikasikan Evidence Based Learning (EBL), pembelajaran berbasis bukti yang dimulai di semester pertama mahasiswa mengikuti perkuliahan. Hal ini lah yang mendorong keinginan pihak Hanze University, Groningen, Belanda untuk menjalin kerjasama dengan FKM Unhas.

Dalam kuliah umumnya yang dihadiri lebih dari 200 mahasiswa dari berbagai jurusan dan tingkatan (Program Sarjana/S1, Magister/S2 dan Doktor/S3), Ms.Lybrick mengemukakan beberapa fakta tentang tumpang tindih (overlapping) yang terjadi pada kasus stunting baduta umur 6-24 bulan adalah rendahnya tingkat pendidikan orang tua, kurangnya mobilitas pada pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat yang semakin menurun. Masalah gizi pada anak terutama balita tidak cukup diselesaikan hanya dengan upaya/intervensi sensitif yang tidak menjamin keberlangsungan dampak positifnya, namun harus disertai dengan penyelesaian masalah secara komprehensif dengan memahami secara mendalam faktor-faktor lain di luar kesehatan. Pemahaman yang mendalam tentang mengapa individu berprilaku sebagaimana yang selama ini dilakukan meruupakan hal penting, agar intervensi perubahan perilaku terkait perbaikan gizi dan kesehatan anak dapat berhasil. Dengan kata lain indikator multidimensi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak harus dipertimbangkan dan terus dikembangkan melalui berbagai riset kuantitatif maupun kualitatif.

Pelaksana Tugas Wakil Dekan Bidang Akademik dan Pengembangan FKM Unhas yang membuka acara kuliah tamu tersebut menyampaikan bahwa kuliah tamu ini juga merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis FKM Unhas yang ke 36 tahun ini, tutupnya.