SUDAN – Ribuan pengunjuk rasa di ibu kota Sudan, Khartoum, yang menjadi tempat demonstrasi selama beberapa bulan terakhir berusaha dibubarkan oleh pasukan keamanan setempat dengan menembakkan gas air mata.

Baca Juga: Hampir Dua Tahun Tutup, Australia Kembali Sambut Turis Internasional

Diketahui, ribuan demonstran tersebut mengecam aksi kudeta militer pada bulan Oktober 2021, sehingga dinilai telah menjerumuskan negara itu ke dalam kekacauan.

Aksi demonstrasi tersebut didominasi oleh kaum pria dan wanita muda, mereka berbaris di jalan-jalan di seluruh Sudan untuk menuntut diakhirinya pengambilalihan militer.

Para demonstran itu menyerukan pemerintah Sudan yang sepenuhnya sipil untuk memimpin transisi negara yang sekarang terhenti menuju demokrasi.

Aksi kudeta ini membuat transisi negara Sudan ke arah pemerintahan demokratis, yang dimana diluncurkan setelah bentuk penindasan dalam tiga dekade terakhir, serta isolasi internasional di bawah Presiden Omar al-Bashir.

Saat ini, negara Afrika telah berada di titik yang rapuh untuk dapat beralih ke arah demokrasi sejak pemberontakan rakyat memaksa militer untuk menyingkirkan al-Bashir pada April 2019 lalu.

Dilansir dari aljazeera, menurut petugas medis yang bersekutu dengan para pengunjuk rasa di sana, para demonstran yang melakukan aksi protes itu terus berlanjut meskipun mereka mendapatkan tindakan keras yang telah menewaskan sedikitnya 79 dan melukai lebih dari 2.000 orang.

Baca Juga: Setelah Berhasil Diselamatkan dari Sumur 32 Meter, Rayan dinyatakan Meninggal