JAKARTA – Ahli Epidemiologi dari Centre For Enviromental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan varian baru Deltacron Covid-19 belum mengkhawatirkan. Varian Deltacron diketahui merupakan kombinasi dari varian Delta dan Omicron yang terdapat di beberapa negara. Ini karena tidak ada data yang menunjukkan bahwa penularan Deltacron mengkhawatirkan dan jumlah kasus yang terdeteksi masih sangat kecil.

Baca Juga : Vakum di Instagram, Awkarin Muncul di Twitter Isyaratkan Putus Cinta

“Potensi memperburuk dari perkembangan rekombinan ini, sejauh ini belum lah seperti yang dikhawatirkan banyak pihak,” katanya, Minggu (13/3/2022).

Namun, Dicky mengatakan itu tetap menjadi perhatian karena datang ketika di berbagai belahan dunia mulai melonggarkan beberapa aturan.

Jadi, kata Dicky, kemunculan varian Deltacron ini masih berbahaya jika bermutasi, sehingga memunculkan sub-varian atau varian lain yang membuat keadaan semakin buruk.

“Artinya, penularan lebih cepat, keparahan tinggi dan menurunkan efektivitas vaksin. Itu bisa terjadi jika muncul subvarian baru,” tuturnya.

Selain itu, Dicky menyatakan bahwa kemunculan varian ini dikenal dengan varian Deltacron, namun hingga kini belum ada nama resmi untuk varian ini. Deltacron sendiri adalah nama yang diberikan oleh media.

“Namanya belum resmi disebut Deltacron. Deltacron ini nama awal saja yang diberikan oleh media,” sebutnya, beritasatu.com.

Menurut Dicky, kemunculan Deltacron tidak mempengaruhi kesiapa endemi. Sebaliknya, pemerintah sekarang berfokus pada subvarian Omicron HA.2, yang memiliki dampak yang sangat serius jika menular di masyarakat.

Baca Juga : Launching Vivo V23, Berikut Spesifikasi dan Fitur Terbarunya