Setelah Kedai Bumil, inovasi Bappelitbangda, Pugalu Sip, juga mendapat banyak masukan dari panelis. Salah satunya dari Kompak, Sarwan. Setelah mendengar pemaparan inovator Pugalu Sip, Ovan Patuang, Sarwan berharap agar inovasi ini dapat pula menyajikan data tentang berapa banyak warga yang mengakses aplikasi Pugalu Sip, dan berapa banyak aduan warga yang sudah diakomodir.

“Sudah berapa banyak masyarakat yang mengakses tentang informasi pemb di Luwu Utara. Terus bagaimana tindak lanjutnya. Komplin yang diajukan masyarakat terakomodir atau tidak. Tunjukkan itu dengan angka-angka, sudah berapa aduan yang masuk,” jelas Sarwan.

Sebelumnya, Ovan Patuang, menjelaskan bahwa Pugalu Sip adalah sebuah inovasi tentang Pemantauan, Pengendalian, dan Evaluasi Pembangunan Partisipatif di Kabupaten Luwu Utara.

“Inovasi ini ada karena tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih terbatas pada perencanaan. Sementara pengawasan dan pelaporan juga masih sanagat minim,” terangnya.

Hal ini, kata dia, disebabkan karena ruang partisipasi warga yang belum optimal, dan akses juga sangat terbatas.

“Nah, inovasi ini menyediakan ruang partisipasi masyarakat terhadap akses informasi maupun partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan serta dengan adanya pelaporan secara digital yang efektif dan efisien,” jelasnya.

Inovasi terakhir adalah Simodis. Inovasi Dinas Kominfo-SP ini adalah sebuah inovasi yang dibentuk dalam rangka untuk memonitoring dan mengevaluasi sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) di Kabupaten Luwu Utara. Inovator Simodis, Nirwan Sakir, menyebutkan bahwa inovasi ini lahir dengan mengacu kepada Perpres Nomor 95 tahun 2018 tentang SPBE.

“SPBE ini sebenarnya adalah regulasi yang mengatur sebuah sistem yang terintegrasi dan terpadu. Kemudian sistem-sistem ini dapat meningkatkan eksistensi penyelenggaraan sistem pemerintahan berbasis elektronik di Indonesia, khususnya di Luwu Utara,” jelas Nirwan.