“Sekolah alam digagas agar dapat membuka kesempatan bagi anak-anak yang memiliki kesempatan belajar lebih sedikit, dalam artian mungkin ada sekolah formal tapi kesempatan-kesempatan mereka untuk mengeksplorasi lebih jauh diluar sekolah formal lebih sedikit dibandingkan dengan misalnya beberapa anak yang memiliki kemampuan mengakses les atau privat lainnya. Ini sangat penting untuk memberikan kesempatan yang lebih luas bagi mereka untuk belajar setelah sekolah formal. Namun sekolah privat juga lebih memberikan kesan formal, dalam sekolah alam lopo milenial diberikan kesempatan belajar dengan cara yang lebih unik.”

“Belajar dalam cara yang lebih unik artinya anak-anak memiliki aksesibilitas bersentuhan dengan alam lebih intensive didalam learning experience. Sekolah alam ini didasarkan pada out door based learning. Mungkin kalo di NTT ini sesuatu yang masi baru, tapi sebenarnya nature school atau forest school itu konsep yang telah ada ditempat-tempat lain, karena berdasarkan beberapa penelitian juga menyatakan bahwa kesempatan yang lebih luas untuk anak belajar untuk aksesibilitas terhadap alam, dengan sentuhan terhadap alam yang lebih luas, pengalaman belajar bersama dengan alam yang lebih luas itu ternyata aspek kognitifnya, kemudian social interpersonalnya berkembang jauh lebih baik karena mereka memiliki kesempatan belajar yang lebih luas bersama dengan alam. Jadi dalam proses learning experiencenya jauh lebih unik dan berbeda,” papar Arsel

Lanjut Arsel, “Untuk konsepnya, kita telah melakukan klasterisasi, jadi perdaskan survei dan kajian kepada peserta sekolah alam. Sehingga subjek-subjek apa saja yang bisa kita pertegas atau intensifkan berdasarkan kebutuhan anak-anak. Misalnya mathematic, IPA, bagaimana literasi sederhana menulis dalam Bahasa Indonesia dan lain sebagainya. Sekolah ini memiliki konsep volunteer, kita tidak memungut biaya apapun dan dilaksanakan sekali seminggu, kita juga melakukan open volunteer, siapa yang memiliki motivasi untuk membagikan ilmunya silahkan masuk dan berkontribusi.”