Jakarta, Rakyat News – Tanggal 16 Mei 2020 Bundesliga dimulai kembali, jadi kalau kita lihat dari lockdown 13 Maret 2020 sampai Bundesliga dimulai kembali, itu hanya 2 bulan, jadi ini suatu prestasi yang luar biasa kalau kita lihat, terutama dari ancaman dari negara tetanga di luar Jerman. Mengapa demikian, kita lihat infrastruktur kesehatan di Jerman yang sangat bagus, ada 2000 rumah sakit, ada tempat tidur ICU yang jumlahnya banyak sekali, 35.000 ventilator. Kita bandingkan dengan Spanyol, Spanyol hanya mempunyai ventilator 7.000 buah, Italia hanya punya 7.000, jadi ini jumlah yang sangat luar biasa.

Demikian dikemukakan Arief Havas Oegroeseno dalam diskusi virtual yang diadakan oleh LPEM FEB UI bertema “Sepak bola nasional pasca Covid-19: Sudah siapkah kompetisi kembali bergulir?” di Jakarta (11/6/2020) seraya menambahkan, tes yang dilakukan sebanyak 4 juta, ini jumlah tes ketiga terbesar di dunia, nomer 1 Amerika Serikat, nomer 2 Rusia. Jerman telah membantu perawatan pasien di negara tetangganya. Kalau kita lihat perkembangan vaksin juga luar biasa, dana riset dikucurkan 3,5 Milliar Euro dan tanggal 23 April 2020 sudah ada uji klinis.

Menurut Dubes Indonesia untuk Jerman ini, kalau kita bicara mengenai stimulus ekonomi, memang tidak bisa dibandingkan dengan Indonesia, karena kekuatan ekonominya berbeda, dana stabilisasinya itu 600 miliar Euro, bantuan untuk UKM 1165 miliar Euro dan ada pinjaman-pinjaman modal kerja untuk start up dan UKM.

“Atas dasar perkembangan ini akhirnya diputuskanlah Bundesliga dibuka, jadi atas dasar kemampuan dari Jerman dibidang infrastruktur kesehatan, kemudian tingkat infeksi yang rendah, mereka membuat keputusan Bundesliga dibuka, tapi dengan buku panduan. Buku panduan tersebut secara umum terhadap pemain dan keluarganya, untuk TV, dan akomodasi hotel, pelaksanaan tim training. Jadi jika kita lihat panduannya, maksimal 300 orang di stadion, kemudian hanya maksimal 45 menit di kamar ganti, PCR terhadap pemain dan staf dilakukan secara berkala, dan disenfeksi fasilitas seluruh pertandingan. Keluarga melakukan PCR secara regular karantina mandiri bila ada gejala, dan memastikan protocol kesehatan untuk seluruh anggota keluarga,”urainya seraya menjelaskan produksi TV dibatasi jumlah awak medianya, untuk akomodasi juga ada kawasan yang khusus, hotel untuk pemain, dan pelatih, kemudian juga ada physical distancing diruang makan dan meeting, dan layanan makan oleh official tim masing-masing.

Sementara itu, Komjen Pol (Purn) Mohammad Iriawan mengatakan, arahan Presiden saat bertemu Ketua Umum PSSI antara lain adalah Timnas harus maju, berprestasi, kompetisi ini harus baik, benar dan enak ditonton, baik penampilannya bagus, bersih dan tidak ada macam-macam, tidak ada pengaturan wasit dan lain sebagainya, di dalam sendiri (PSSI) masih ada yang komplain dengan Satgas itu. “Sekarang Alhamdulillah wasit sudah dikawal oleh Satgas, setiap masuk ke lapangan sudah dikawal oleh Satgas yang ada di wilayah sampai selesai pertandingan,” ujar Ketua Umum PSSI ini.

“Presiden berpesan kepada saya rencananya siapkan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 harus bagus, dan Timnas juga. Presiden memberikan keleluasaan bagi saya untuk menyiapkan pemain, pelatih, kemudian program dan sebagainya. Dalam ratas tersebut saya sampaikan kalau naturalisasinya umur 37 kemudian dari liganya liga 3, liga 4 untuk apa, tapi kalau naturalisasi nanti umur 19 tahun, seorang striker yang bagus, kemudian meringankan beban PSSI, saya akan memikirkannya,” ujar purnawiran polisi berbintang tiga ini.
Berkaitan dengan kompetisi, ujar Mohammad Iriawan ini, PSSI sudah jalan Liga 1 dan Liga 2, kita berkoordinasi dengan pihak Kepolisian dan POM TNI. “Dulu PSSI ini eksklusif sekali, tinggi sekali kastanya, dia tidak mau berkoordinasi dengan pemerintah, tidak bisa disentuh, sekarang saya tidak mau, sekarang saya mau kerjasama dengan pemerintah, dengan Menpora, menteri-menteri lainnya, dengan Polri. Kita kalau tidak ada Polri tidak bisa mengamankan bola, Polri ini Kamtibmas, tapi dulu kita tahunya PSSI hanya bersurat, itupun hanya Sekjen, kemudian Mabes Polri di tinggal begitu saja,”ujarnya.

Menurut Iriawan, kita tidak pernah tahu kapan Covid 19 akan berhenti, vaksinnya juga belum ada. Kalau menunggu Covid 19 berhenti kapan kita belum tahu, kita melihat juga tempat-tempat lain, Bundesliga sudah mulai menggeliat, maka kita melakukan rapat untuk menganalisa mana yang terbaik.
“Pasti ada pengaruhnya dengan perekonomian, minimal dari sepak bola dan tim bisa menggeliat kepada yang lainnya. Kalau dibuka lagi, pelatih mendapatkan pemasukan, pemain, akomodasi, hotel, kemudian transportasi, tapi tetap harus sesuai dengan protocol kesehatan yang ada,”tambahnya (Red/Bayu).(*)

Terbit : Jakarta, 12 Juni 2020.