“Saya tergetkan seluruh siswa 223 tetapi berdasarkan hasil rapat orang tua, pada tanggal 30 Agustus kemarin, orang tua siswa yang menginginkan vaksin itu sebanyak 21 orang. Tetapi sejalan berjalannya waktu, tadi ada penambahan sehingga total yang di vaksin ini 32 siswa,” terangnya.

Meski demikian, terdapat beragam alasan orang tua siswa tak mengizinkan anaknya untuk di vaksin. Salah satunya adalah, adanya isu berkembang jika ketika orang yang sudah di vaksin, 4 tahun kedepan orang tersebut akan meninggal. Hal inilah yang membuat pihaknya merasa kesulitan untuk meyakinkan bahwa vaksin ini aman.

“Ada berbagai macam alasan, tetapi pada umumnya itu alasanya karena termakan hoax. Seperti banyak yang beredar bahwa, ada orang mati karena di vaksin. Sehingga ada beberapa orang tua menuliskan dalam keterangnya itu, dia takut vaksin. Bahkan ada juga yang lebih sadisnya itu, saya tidak mau membunuh anakku,” cetusnya.

Untuk menyiasati informasi bohong tersebut, dirinya memanfaatkan media sosial WhatsApp. Dimana, manfaat vaksinasi itu disebar ke kontak para siswa. Nanti, siswa akan meneruskannya grup mereka masing-masing.

“Langkah yang kami lakukan itu, menggunakan media sosial. Pertama, kita share-share ke siswa melalui aplikasi whatsapp mengenai pentingnya vaksinasi di masa pandemi ini,” pungkasnya. (**)