Al Ghozi hanya SD di Bangka. “Saya dianggap nakal. Tamat SD dikirim ke Tasikmalaya. Diikutkan bibi,” ujar Al Ghozi.

Ia kembali ke Bangka untuk sekolah SMA -di SMAN 3 Pangkal Pinang.

Setamat SMA Al Ghozi ke Bandung. Masuk Politeknik Padjadjaran. Jurusan Perhotelan. Di situ hanya setahun. Merasa hatinya tidak cocok.

Passion-nya ternyata di dunia digital. Ia masuk D-3 STT Telkom (Telkom University) juga di Bandung. Ia pilih Jurusan Informatika.

“Saya kuliah sambil cari uang,” ujar Al Ghozi. Ia tidak sampai hati meminta kiriman uang dari ayahnya.

“Waktu semester 5 saya nge-Gojek,” katanya.

“Berarti saat itu sudah punya sepeda motor?” tanya mantan Menteri BUMN itu.

“Motornya teman. Ada perhitungannya,” katanya.

Selain itu Alghozi jualan donat. Ke asrama-asrama mahasiswa.

“Orang tua Anda tahu?”

“Tidak tahu. Ayah tahunya kuliah saya lancar,” katanya.

Tahun lalu Alghozi tamat D-3. Anak nakal ini pun sudah bisa membuat beberapa program komputer.

Karya anak muda berusia 22 tahun itu pertama kali diapresiasi Wakil Bupati Belitung, Bangka Belitung Isyak Meirobie. Setelah sukses digunakan di sana, ditawarkan kepada Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman.

Kemudian berlanjut ke Kepulauan Riau dan Surabaya. Sudah menunggu provinsi Kalimantan Selatan dan Sumatera Utara. Ghozi siap mengembangkannya ke provinsi lain. Millenial bertubuh subur ini hanya butuh waktu lima hari untuk menyelesaikan desain pertama aplikasi tersebut. Dia bekerja siang dan malam bersama teman-temannya.

“Niat saya awalnya cuma membantu penanggulangan Covid-19 ini. Saya sangat sedih saat pertama kali mengetahui ada dokter yang meninggal karena terpapar covid itu. Hal tersebut mendorong saya dan teman-teman membuat aplikasinya,” jelas Al Ghozi.