Ditambahkan, untuk anak TK, saat pembelajaran, mereka bergerak dan berpindah dari satu sentra ke sentra berikutnya. Begitupun dengan gurunya. Jadi setiap guru dituntut menguasai semua sentra. Setiap tahun sekolah mengadakan outing class. Guru juga memanfaatkan fasilitas sekitar seperti kolam ikan dan kandang burung sebagai arena pembelajaran.

Untuk tahun ajaran 2020-2021, ada 30 murid baru dan 30-an murid lama. Pendaftaran murid baru dilakukan secara online, tapi ada juga yang langsung ke sekolah. Alasannya karena ada orang tua yang ingin melihat-lihat sekolah.

“Saat anak diantar mendaftar dan mengambil baju seragam, ada yang sempat main-main di halaman dan melihat-lihat ruangan kelasnya,” kata Bunda Ani.

Semua murid ikut masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) karena selain perkenalan anak, guru dan pengurus, juga penyampaian program serta informasi terbaru dari sekolah dan yayasan. MPLS dilakukan tanggal 25-26 Juli 2020 lewat aplikasi zoom.

MPLS diadakan Sabtu-Ahad, mulai pukul 9 pagi sampai 12 siang, menggunakan akun kantor. Menariknya, pada hari pertama semua orang tua bergabung dalam MPLS daring itu, tapi pada hari kedua jumlahnya berkurang, mungkin karena weekend.

“Menarik dilihat sewaktu anak ikut MPLS. Ada yang jungkir balik, ada yang baring di sofa, ada yang kelihatan bosan. Anak-anak kan fokusnya cuma sebentar. Anak belum mengerti, beda kalau pengenalan lingkungan sekolah dilakukan secara langsung,” kisah Bunda Ani sambil senyum.

Selama masa pandemi Covid-19, ada kebijakan yang berubah. Uang masuk sekolah yang biasanya 3 juta dikurangi menjadi hanya 1 juta rupiah per anak. Keluhan orang tua soal SPP selama belajar dari rumah (BdR) juga direspons.

Bila biasanya mereka membayar tiap bulan sebesar 350.000 rupiah maka selama pandemi ada potongan 100.000 rupiah. Selama BdR, waktu belajar anak juga tidak dipatok pada jam tertentu tapi mengikuti waktu orang tua sehingga lebih fleksibel.