”Dominan yang kerja di kebun itu hanya kaum laki-laki saja. Nah, melalui program ini, kami akan melibatkan perempuan dalam bertani kakao, mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, penjemuran, sampai kepada pemasarannya,” papar Fatma.

“Jadi memang keterlibatan kaum perempuan itu sangat mendukung dan sangat membantu dalam mengakselerasi pencapaian tujuan dari program ini ke depan,” imbuhnya.

Dikatakan Fatma, isu perempuan untuk dilibatkan menjadi Petani Kakao, minimal menjadi bagian dalam Komunitas Perempuan Petani Kakao sudah harusnya diwujudkan menjadi sebuah langkah nyata dalam upaya meningkatkan produktivitas kakao di Kabupaten Luwu Utara.

“Kita bersyukur ada inovasi Getar Dilan yang melibatkan para Kelompok Wanita Tani (KWT) sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan ketahanan pangan. Nah, ke depan, kita juga berharap ada KWT yang mengelola budidaya kakao secara konseptual,” harapnya.

Ia juga berharap, pada setiap pertemuan yang digelar Perangkat Daerah (PD) teknis dan PD terkait lainnya, kaum perempuan diundang dan dilibatkan dalam kegiatan, utamanya yang membahas tentang kakao.

“Sebagai informasi, tahun 2019, kami telah melakukan Pelatihan Tata Boga tentang Cokelat, dengan berkolaborasi dengan Challodo,” tandasnya.

Baca Juga : Angkat Derajat Perempuan, DP3AP2KB dan PKK Jalin Sinergi dan Kolaborasi

Nonton Juga