JAKARTA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan masyarakat akan semakin sulit beli sebuah rumah. Hal ini disebabkan oleh kenaikan inflasi yang akan meningkat di masa yang akan datang.

Baca Juga : Menkeu Ingatkan Inflasi Dalam Ekonomi Global yang Tidak Pasti

Sri Mulyani menjelaskan, kenaikan inflasi biasanya akan menyebabkan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan. Ketika ini terjadi, suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga akan naik.

“Dengan inflasi tinggi maka masyarakat semakin sulit bisa membeli (rumah),” jelasnya, Rabu (6/7/2022).

Ketika suku bunga KPR semakin tinggi harganya, maka semakin tinggi total biaya yang harus dikeluarkan orang untuk membeli rumah. Ini akan membuat orang merasa lebih betah dengan orang tua mereka.

“Keinginan mereka dibandingkan harga rumah lebih tinggi, sehingga mereka akhirnya enak dengan tinggal di rumah mertua atau menyewa,” katanya.

Sri Mulyani mengatakan kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan (backlog) rumah di Indonesia semakin besar. Bahkan jumlahnya mencapai 12,75 juta.

“Itu artinya yang antre membutuhkan rumah, apalagi Indonesia demografinya masih relatif muda, artinya generasi muda ini akan berumah tangga dan membutuhkan rumah,” katanya.

Bank Dunia memperkirakan inflasi Indonesia tahun ini mencapai 3,6 persen karena kenaikan harga pangan dan energi.

Prakiraan ini ditunjukkan dalam Laporan Bank Dunia berjudul Indonesia Economic Prospects (IEP).

Bank Dunia juga memprediksi inflasi tinggi di Indonesia pada 2025. Namun, lembaga internasional itu tidak merinci angka pasti inflasi di Indonesia untuk tiga tahun ke depan.

Gubernur BI, Perry Warjiyo memprediksi inflasi Indonesia akan mencapai 4,2% pada 2022. Meski demikian, dia melihat angka tersebut masih terkendali dibandingkan negara lain.

Bahkan, sejumlah negara menaikkan anggaran subsidi untuk menekan kenaikan harga. Dengan harapan, inflasi di dalam negeri itu akan lebih stabil.

“Kami sampaikan bahwa BI terus mencermati risiko tekanan inflasi ke depan, ekspektasi inflasi dan dampak ke inflasi inti dan akan menempuh normalisasi kebijakan moneter lanjutan sesuai data dan kondisi berkembang,” katanya, dilansir kilat.com.