“Orang Dayeuhluhur yang mayoritas sunda ini harus benar-benar merasa memiliki, merawat, menjaga dan mengembangkan warisan budaya adiluhung ini, harapan kita semua, jangan sampai punah.” pungkasnya.

Perlu diketahui Wayang golek sebagai warisan budaya orang sunda yang penyebarannya terbentang luas dari Cirebon, Ciamis di sebelah timur sampai wilayah Banten di sebelah barat, bahkan di daerah Jawa Tengah bagian barat yakni Cilacap, Brebes, Tegal yang berbatasan dengan Jawa Barat.

Sementara itu Benny Gondrong, atas nama panitia penyelenggara pagelaran wayang golek menyampaikan bahwa lakon Gatotkaca sebagai sosok atau figur wayang yang memiliki laku lampah dan sifatnya yang patut diteladani oleh kita sebagai manusia.

“Gatotkaca mempunyai sifat berani, teguh, tangguh, cerdik, waspada, gesit, tangkas, tabah dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar.” terangnya.

Disampaikan pagelaran wayang golek dalam rangka ‘nguri-nguri tradisi dengan lakon sosok dan figur Gatotkaca tersebut mengajarkan pada kita semua untuk selalu mengingat dan menghargai siapa yang telah berjasa dalam perjalanan menuju kesuksesan, juga untuk tak lupa membalas kebaikan budi mereka.

Dia menerangkan dalam kisah Gatotkaca membalas kebaikan Arjuna, dengan menjaga anaknya. Bahkan tak masalah jika nyawa menjadi taruhannya.

“Arjuna adalah sosok yang berjasa bagi Gatotkaca, karena pernah berhasil memotong tali pusarnya semasa kecil. Maka dari itu, Gatotkaca merasa berhutang budi.” ungkapnya.

Disampaikan Gatotkaca merupakan
salah satu tokoh dalam wiracarita Mahabharata yang berasal dari keluarga Pandawa.

Dalam dunia pewayangan, Gatotkaca dikisahkan memiliki kesaktian luar biasa.

Gatotkaca bisa terbang ke angkasa tanpa menggunakan sayap. Bahkan dia terkenal dengan julukan ‘otot kawat balung (tulang) besi’.

Di samping itu adapun siapa dia dan dari mana dia, diceritakan gatotkaca adalah sosok pewayangan yang mempunyai Garis Keturunan Raksasa.