Sebagai informasi, HMSP melakukan investasi pembangunan pabrik IQOS sebesar US$ 166,1 juta. Pabrik tersebut diproyeksikan selesai pada kuartal IV 2022.

Namun begitu, Pandhu berpandangan tahun ini HMSP masih sulit mencatak pertumbuhan laba bersih.

“Selain secara pertumbuhan masih lebih lambat dibanding industri, trend downtrading ini juga tidak dapat dilawan dengan menaikan harga jual karena dapat berdampak sebaliknya lantaran harga jual semakin tidak terjangkau,” jelasnya.

Dirinya memprediksi pendapatan HMSP mencapai Rp 104 triliun, sedangkan laba kami perkirakan akan sedikit turun menjadi sekitar Rp 6,5 triliun.

Dirinya juga berpandangan serupa untuk kinerja GGRM tahun ini. Cukai masih menjadi pemberat utama perseroan. Oleh sebab itu, Pandhu memproyeksikan pendapatan stagnan sekitar Rp 123 triliun dan laba sekitar Rp 2 triliun.

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora juga berpandangan industri rokok masih berat di tahun ini. Menurutnya, selain cukai ada beberapa hal yang turut memberatkan kinerja emiten rokok.

Pertama, daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih akibat pandemi. Kedua, kenaikan cukai mengakibatkan meningkatknya peredaran rokok ilegal, serta masyarakat mulai mengurangi konsumsi rokok dan berpindah mengonsumi vape.

Oleh sebab itu, Andhika memproyeksikan HMSP membukukan pendapatan sebesar Rp 95 triliun – Rp 98 triliun dengan laba bersih Rp 5,7 triliun – Rp 6 triliun. Sementara GGRM diproyeksikan pendapatan sebesar Rp 125 triliun – Rp 127 triliun dengan laba bersih Rp 2,5 triliun – Rp 2,7 triliun.

Andhika merekomendasikan buy on weakness saham HMSP, support Rp 885 dengan target penguatan Rp 1.040. “Ada baiknya para pelaku pasar menghindari saham GGRM, karena secara teknikal sedang mengalami downtrend. Apabila para pelaku pasar ingin masuk ke GGRM di level Rp 24.000 – Rp 24.500,” katanya.