Program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di era Nadiem Makarim, adalah kampus merdeka, dimana mahasiswa bebas memilih mata kuliah dan menambah pengetahuan sebelum lulus melalui magang industri. Untuk itu diperlukan penyamaan persepsi dan penerapannya di lapangan.

Dekan Fisip UIT, Dra. Nani Harlinda Nurdin, M.Si. menambahkan pembahasan teknis penerapan merdeka belajar sedang berlangsung hampir di semua kampus di Indonesia. “Kami membutuhkan dukungan industri dalam kemitraan yang semangatnya diharapkan melahirkan alumni yang dapat diserap lapangan pekerjaan,” ujarnya.

Baik Nani, maupun Buyung menyepakati memberikan dukungan pada Fisip Unhas, agar lebih jeli melihat peluang dalam penerapan program merdeka belajar. “Di usia 60, Fisip Unhas, tentu memiliki asset alumni yang sangat besar di luar,” ujarnya.
“Komunikasi yang baik, antar alumni dan fakultas, melalui IKA tentu membuka peluang yang sangat besar bagi kesuksesan program merdeka belajar,” papar Buyung.

IKA Fisip Unhas, sejak 2016 dipimpin Dr. Andi Fahsar Mahdin Padjalangi, telah memberikan fondasi yang sangat erat bagi kemandirian organisasi IKA. Di periode Andi Fahsar, IKA Fisip Unhas, telah menyerahkan puluhan penghargaan bagi alumni berprestasi, di seluruh Indonesia.

Zulkarnain Hamson, pada rapat itu mengemukakan pentingnya IKA bagi institusi pendidikan. “Fakultas itu ibarat ibu yang melahirkan, IKA akan menjadi Ibu yang merawat dan membesarkan,” ujarnya. Sekalipun secara moral dan aturan kampus wajib mengupayakan solusi lapangan pekerjaan bagi lulusannya, karena aturan pengelolaan perguruan tinggi mengamanahkan hal itu, lanjut mantan Ketua Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unhas, era 91 itu.

“IKA itu rumah kedua bagi alumni. Karena setelah selesai belajar, mereka harus diregistrasi dalam IKA, bukan sekadar formalitas, karena IKA akan menyumbang nilai pada saat akreditasi,” ujarnya. IKA Fisip Unhas, dinilai telah mencapai tahapan awal yang baik, terorganisir dan semakin terkoneksi.