“Nilai penting ekosistem dan keanekaragaman hayati suatu area di luar kawasan konservasi terkadang menyimpan lebih banyak flora dan fauna lindung dan penting secara ekologis yang perlu diperhatikan, hal itu juga berlaku di area hutan pegunungan Gandang Dewata,” kata Jusman

Semangat dalam pelestarian area ini telah dikolaborasikan oleh para pihak melalui pengusulan dan penetapan area hutan pegunungan Gandang Dewata Kabupaten Luwu Utara menjadi indikatif Areal Bernilai Konservasi Tinggi (ABKT) antara lain oleh BBKSDA Sulsel, Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Fauna & Flora International’s Indonesia Programme, serta komunitas lokal dan masyarakat adat.

Menurut Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriyani saat sosialisasi program pelestarian ekosistem hutan pegunungan Gandang Dewata mengatakan bahwa pelestarian ekosistem hutan pegunungan Gandang Dewata tidak dapat dilakukan tanpa peran dan kolaborasi multi pihak.

“Saat ini adalah era kolaborasi, oleh karenanya usaha pelestarian ekosistem hutan termasuk pada area hutan pegunungan Gandang Dewata tidak dapat diselesaikan oleh pengambil keputusan semata, tapi juga membutuhkan peran dan partisipasi para pihak yang musti selalu digaungkan melalui spirit kolaborasi,” terang Indah.

Indah menambahkan bahwa Kecamatan Seko dan sebagian Kecamatan Rongkong menyimpan banyak kekayaan hayati unik dan menjadi sumber penghidupan bagi tiga wilayah Provinsi sekaligus melalui jasa ekosistemnya

“Dua Kecamatan ini merupakan heart of Sulawesi Island yang kaya dengan sumber daya alam dan keanekaragaman hayatinya. Potensi alam tersebut membutuhkan pengelolaan secara cerdas, arif dan bijaksana agar masyarakat sekitar hutan dapat menikmati manfaat dari alamnya sendiri,” jelas indah.

Saat ini sudah dilakukan kegiatan survei keanekaragaman hayati sebagai rangkaian pelaksanaan program dalam rangka mengungkap lebih banyak lagi kekayaan hayati area hutan pegunungan Gandang Dewata Kabupaten Luwu Utara yang diinisiasi oleh BBKSDA Sulsel dan Fauna & Flora International’s Indonesia Programme (FFI’s IP).