JAKARTA – Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa pihaknya sempat ‘meleset’ dalam mendeteksi penyebab kasus gagal ginjal akut.

Baca Juga: Sulsel Suplai Beras untuk Indonesia

Menurutnya, peningkatan kasus gagal ginjal akut terlihat pada Agustus 2022, saat itu kasus masih terdeteksi sedikit jumlahnya.

 

Ia menjelaskan, peningkatan kasus tersebut mulai nampak pada Agustus 2022 yang mendorong penelitian hal itu meski dengan rasio yang masih kecil.

 

“Ketika ada kenaikan kita mulai melakukan penelitian ini penyebab apa,” ungkap Budi dilansir dari CNNIndonesia.com.

 

Kemudian, kasus melonjak signifikan pada September 2022 dan menduga disebabkan oleh infeksi organisme kecil atau patogen.

 

Lanjut Budi, yang menjadi landasan keterbukaan pihaknya adalah munculnya keterangan dari WHO setelah timbul kasus yang sama di Gambia dan disebabkan oleh senyawa kimia.

 

“Yang membuat kita agak terbuka adalah karena ada kasus di Gambia, 5 Oktober WHO keluarkan rilis ada kasus, dan ini disebabkan oleh senyawa kimia,” ungkap Budi.

 

Kemenkes kemudian menemukan senyawa kimia EG dan DEG di dalam obat sirop melalui penelitian kepada pasien gangguan ginjal di RSCM.

 

“Ini bukan karena patogen karena toksik. Kita tes ke anak-anak tersebut yang ada di RSCM. Dari 17 ada 15 positif memiliki senyawa tadi EG dan DEG. Itu ada di mereka. Jadi terkonfirmasi ini disebabkan oleh senyawa kimia,” ucap Budi.

 

Budi menjelaskan senyawa EG dan DEG yang masuk ke tubuh berubah menjadi asam oksalat yakni zat yang berbahaya bagi tubuh.

 

“Kalau masuk ke ginjal bisa jadi kalsium oksalat. Kristal kecil yang tajam-tajam di ginjal balita sehingga rusak ginjalnya,” jelas Budi.